Postingan

Menampilkan postingan dari 2022

Being Ghosted

Maybe in around august 1 st , I matched someone from Bumble whose i thought I could talke with in the same frequency. He loves anime and I do, too. He seems like nice guy, a good one. The next morning, there was no more conversation in few days. I guess he didn’t interest in me, because I do the same when I don’t feel like continue talking to my matches on bumble. So, I unmatched him in disappointment. The next morning, he DM me on IG. Actually, I was happy when he started, and I felt like there was kind of intention to continue chitchat. He asked, why do I unmatched him, and I told him my reason. At that time, he explained that he was busy, working on project in a village where the signal was not good. We continue talking, until then, we talked about MBTI. He asked me his type and the last words I remember said to him was that INFPs are mostly soft hearted person. He didn’t reply until then, but view my story. Few days passed, and he still didn’t response my last chat. Oke, well, he

Liberation Note (?)

There's kind of relief when i read things work well with him. The guilty feeling that slowly fade away, clearing up the path that had been dark lately. I'd punished myself enough for the bad things i did to him, and i think it is time for me to do the same. Walk on my present and left anything hurtful behind. I'll learn from my past mistake. how to walk on the present? Actually i dont know, but i've planned to join basketball club or running club. Try socializing which i almost never try. May be when its so much exhausting, i'll just quit. Commiting to join in is kind of hard thing to do, like maintaining relationship. The skill that i dont posses, everyone knows. wkwk May be, to walk on the present is appreciating what i have since it's there for me: like friends and family. Spending my time with my bestfriends, since they're still there with me. unmarried and free. Spending time with family, visiting my niece and going home sometimes. I dont need to compet

Anak-Anak Kehidupan dan Orang Dewasa yang Terperangkap di Dalamnya

Apa ketakutan dalam hidup yang selalu membekas? Rasa takut dalam diri orang terkadang menyelinap diam-diam dalam tindakan pengecut yang memilih untuk kabur dan menghindar, atau yang secara sadar mengambil alih kontrol diri dengan marah atau menangis. Rasa takut itu adalah musuh bagi akal sehat, fear is the most powerful enemy to reason, setidaknya itu yang bisa kudapat ketika membaca The Assault of Reason karangan Al Gore. Apa yang paling kamu takuti dalam hidupmu? Aku sering mengelak ketika teman mengatakan bahwa ketidakinginanku menikah adalah karena rasa takut berlebihan di dalam kepalaku sendiri, tapi lama-lama memang harus kuakui itu benar. Menyaksikan banyak kekerasan yang terjadi pada perempuan di dalam rumah tangga membuatku amat sulit untuk mengubah pikiran dari tidak ingin menikah ke 'kupikirkan nanti'. Aku sempat tidak ingin menikah, menolak institusi pernikahan, dan sampai sekarang masih mempertimbangkan itu. Sebetulnya bukan saja karena ketakutan mendapatkan pasang

ENTJ-INTP

After months wondering ENTJ personality around me, i finally get the answer. He is the man i dated for more than 2 years and flirted to each other also for 2 years. So, i'd know the person so well since 2013, and we got back together only few month in 2019. Hahaha I've been wondering how ENTJ in person, and would they work well with me as friend or lover? So, the answer is YES! Hahaha we'd been dating and flirting since 2013, since i was undergrad student, he walked with me through my worst moment and i walked with him through his hard times. I know how well he worked with me, pushed me to pursuing my dream, to get better job (before i got this job and took master degree), offered me his hand for help, loved my weirdness patiently (not that patient actually, he often complained, almost everyday wkwk), and we shared many things: love, dreams, stories, tears. Now i know why ENTJ called as 'sisi gelap' INTP, because in my unconciusness, we were look alike. In pursuing

Dont know

 Hi again! I think it is way better to write here than any other socmed. People will easily find and articulate the way they want. I know i am disappointed because things dont go the way i planned, but it's been a day and this morning moment still bothering me. I've been compromising and it was not easy, i told clearly what i want...i know, i can not get everything i want, but in exchange to just do what people want me to do, i have my own term. I'm so mad, and i know that my face was clearly said what exactly i wanted to say. I dont know what's wrong with me. I shouldnt be bother and mad just because that little case. But insted of telling it out load to make it clear that "I don't want to!" I take steps out and isolate myself, so my words wont hurts anyone. I know i would be harsh and means when i'm not in the good mood, and i would end up regretting it. That's why i took steps out. Stay away for awhile. I dont know myself. I dont know how to com

Thoughts

 Hi, again i think i wrote more frequent these days. It helped me to reduce my stresses, because i've been thinking all alone, about many things, and rarely say it out load. So, it was probably the reason why i get stressed easier before. Today, i had a bit deep talk with an old friend. We shared stories about our romance life. In my age, lot of friends already married and having baby. In other side, we're still single. It is not a big deal, actually. I sat on my chair and recalled my thoughts. When i was on the high school, i told my friend about plans to marry on my late 20s, while most of my friend said they would get married on 21 or 25 (at worst). Marriage never crossed my mind as a life goal. Dont wanna satisfied the society by getting married before 25, also. I was quite certain that i would be such independent woman when i grow up, so that simple thing like marriage would never bother me. And to be honest, i never planned to live longer than 27. I don't know why, bu

Diri Sendiri

Ada berapa banyak waktu kita buang untuk mencari satu, dua, tiga kehangatan meski akhirnya terbakar atau masih berselimut dingin Sebanyak langkah-langkah kita bergerak ke depan, meski akhirnya tak pergi kemana-mana, layaknya hari kemarin Sampai kita lelah berbuat apa-apa, tidak ingin menunggu atau berkelana dan diam saja, sendiri. Hanya diri sendiri Pagi masih sama seperti biasa kita bangun dari tempat yang berbeda memandang dunia dari sudut yang tak sama Burung-burung dara terbang di atap gedung raksasa sembari menundukkan kepala, menatap nyala dengan hati yang lapar Tak ada kasih sayang untuk diberikan bukankah kita adalah fakir yang mengais hiburan pada sisa-sisa malam

Inferior Fe dan Puisi

Aku selalu bilang, hanya ada dua alasan aku bisa menulis puisi. Pertama adalah patah hati, kedua adalah jatuh cinta. "Mengapa orang yang suka dengan puisi sepertimu tak bisa mengekspresikan emosi?" Sering kali orang menanyakan pertanyaan di atas padaku. Pertama, aku bukannya tidak bisa memahami emosi atau perasaan orang lain, aku hanya tidak tahu cara meresponnya. Aku punya empathy, mungkin tidak sedalam kebanyakan orang, tetapi aku paham ketika orang lain menangis atau bersedih, tetapi seringkali diliputi kebingungan bagaimana harus merespon. Kebanyakan, aku hanya duduk menemani dan mendengarkan. Kadang hanya menyodorkan tisssue atau membelikan makanan. Menangis juga butuh enerji, jadi yang bisa kulakukan hanya memastikan mereka tetap kuat. Di lain sisi, puisi membantu orang-orang yang kebingungan mengekspresikan emosi sepertiku. Orang-orang yang kesulitan memilih kata yang tepat agar tak menyinggung, atau tak terkesan blak-blakkan, atau tak terkesan lancang, seperti diriku,

Anak Kecil Dalam Tubuh Dewasa

Pernahkah pada akhirnya kalian sadar bahwa apa yang diyakini selama ini ternyata salah? dan itu membawa pemahaman tentang bagaimana kita pada akhirnya melihat diri kita. Hari ini atasanku dinas ke luar kota. Aku hanya sendirian di ruangan, temanku lain sedang salat Jum'at dan mereka yang perempuan sedang makan siang. Aku mengisi waktu denga melihat video di YouTube sebelum tiba-tiba terdengar suara pintu dari arah belakangku. Kulihat saja, tetapi gerakannya hilang dan pintunya kembali diam. Kuputar kembali tontonanku, lalu pintunya kembali berbunyi seperti ketika dibuka pelan sekali. Kulihat saja dan benar pintunya bergerak. Ketika itu tidak ada angin, karena semua jendela tertutup, dan jika pun ada angin dari arah lain di ujung pintu utama, pastilah amat kencang sehingga bisa kurasakan angin itu, tetapi sungguh tidak ada. Bukan itu sesjujurnya yang ingin kukatakan. Selama ini aku merasa bahwa ada sisi lain dari diriku yang merasa takut akan hal-hal metafisik yang tak bisa dijelask

Puisi Kemarin

  Tiga ketukan sebelum petikan gitar dan tanganmu masih menggantung di udara, merapal mantra dalam kepala akankah kau petik pada detik pertama lepas ketuk ketiga, atau pada detik kedua setelah menarik nafas dalam.   Kita menunggu dalam jeda waktu sebelum malam tiba, dan kita berdua harus kembali pulang.   Pernahkah kau bayangkan tiga ketukan yang masing-masing berjeda sedetik, untuk kita menahan nafas dan diam.   Apakah kau masih sama seperti dahulu? Meraih gitar dan menyayikan lagu untukku seraya bertanya bagaimana hariku. Apakah kau masih sama seperti saat itu? Memintaku menunggu untuk merapikan penampilanmu, sebelum...   Sambil menunggu ketukan terakhir, kupikirkan ulang mengapa kuambil langkah mundur di stasiun kereta. Bisakah kita bicara berdua kembali? Duduk di tepi danau dari kejauhan lampu-lampu kota, atau... makan dan tertawa di tempat-tempat biasa.   Kurapikan isi kepalaku dalam puisi yang masih berantakan sa

Catatan Lepas Perkopian Malam

 Sambil ngantuk semalam, saya mencoba menulis catatan sebelum tidur. Begini... Hari ini kami, aku dan beberapa temanku, merayakan ulang tahun salah satu dari kami. Pesta yang agak terlambat sejujurnya. Usianya 29tahun sekarang, sama sepertiku. Aku baru sadar bahwa ini adalah tahun terakhir aku menikmati masa 20an. Ketika SMA aku pernah menjawab suatu pertanyaan tentang pernikahan, bahwa aku ingin menikah di akhir usia 20an saja, di tengah hampir semua teman yang ingin menikah muda. Aku tidak tahu mengapa kubilang di akhir usia 20an kala itu. Mungkin hanya ingin memperlebar gap dan membuatnya tidak terlalu cepat dari teman-teman. Pikiranku soal konsep pernikahan yang ideal belum terbentuk kala itu, sehingga tidak memiliki harapan apa-apa, selain ketakutan bahwa nanti aku akan berhadapan seumur hidup dengan orang dan menghabiskan waktu yang amat panjang bersamanya.   Kembali pada usia 29 tadi. Sejujurnya, apakah aku berencana menikah tahun ini? Jawabannya adalah tidak tahu dan se

Lampu Jalan dan Matahari Tenggelam

 Kau tahu, betapa menyenangkannya perjalanan sore. Kali pertama lampu-lampu di rumah penduduk dinyalakan...dan lampu di jalan yang berurutan menyala mengikuti perintah pemegang saklar. Sebuah rangkaian yang seolah ditujukan untuk satu maksud tertentu. Menerangi. Itu selalu mengingatkanku akan rumah nenekku di desa, tempat yang dulunya menyambutku dengan kenyamanan dan kehangatan. Fakta bahwa mengamati lampu-lampu dari kejauhan, dari atas kendaraan yang sedang melaju, membuatku diliputi melankolia, tapi juga memberikan perasaan lega. Seperti harapan-harapan yang menyala untuk mengusir kegelapan malam. Soothingly sad. Mungkin frasa itu yang cocok untuk menggambarkan kesenduan. Seperti kala berdiri di atas loteng rumah dan mengamati matahari yang perlahan tenggelam di ujung barat. Betapa dulu aku amat menikmati keberadaanku sendiri, tentu dengan pemikiranku yang sama sekali berbeda. Kadang aku merindukan masa-masa itu. Ingatan masa lalu yang sesaat lintas. Dulu tak terpikir, dengan siapa

Get Back To Life

 Belakangan, aku sadar bahwa diriku tidak sedang baik-baik saja. Aku mulai sering merasa sendiri, sering merasa amat sedih, dan sering kebingungan bagaimana melewati hal-hal buruk yang terjadi padaku. Jadi, kutarik mundur ke belakang, apa yang mulai membuatku seperti ini? Aku ingin menyelamatkan diriku sendiri. Mungkin jauh lebih lama dari yang dapat kujelaskan, jauh lebih lama dari yang dapat kuperbaiki, tapi aku sadar keadaanku memburuk sejak aku memutuskan untuk pindah kos. Awalnya, segalanya terasa menyenangkan. Aku punya kebebasan yang tak kumiliki sebelumnya. Lama-lama aku sadar bahwa aku mulai membatasi interaksi dengan orang lain. Aku tak lagi bicara, selain hanya pada teman kantorku. Tak ada yang benar-benar kulihat dari dunia di luarku, selain jalan menuju kantor, jalanan yang sama yang kulewati setiap hari. Maka, kutemukan diriku terjebak pada rutinitas. Seperti robot yang telah di-set untuk berangkat dan pulang kerja. Bahkan, hal simple seperti makan, di mana setidaknya ora

Segelas Es Teh di Tengah Udara Panas

 Di atas kereta yang masih bergerak cepat, aku berjalan menuju pintu keluar. Keretaku hendak sampai, dan aku berjalan mendekati pintu. Dari kaca kulihat laju kereta kencang, cepat sekali, seolah semua ditinggalkannya di belakang tanpa ragu. Kenyataannya, aku berdiri di situ, memadang keluar kaca, dan di dalam diriku ada rasa penasaran yang timbul-tenggelam, bagaimana rasanya melompat dari atas kereta? Meski begitu segera kuhentikan. Rasa penasaran itu hampir sama ketika aku melintas lorong dari 3 kantorku. Apa rasanya melompat dari ketinggian? Atau seperti ketika aku melintasi jembatan panjang sembari melihat sungai di bawah. Aku selalu membayangkan diriku jatuh. Atau di saat-saat tertentu, aku membayangkan diriku terluka, entah karena sebab apa. Hasrat untuk mengakhiri hidup kadang timbul sesekali, tapi selalu dengan segera kutenggelamkan. Kadang aku berpikir, apa yang tersisa dari hidup, yang membuatnya layak dijalani? Apa yang masih bisa kita harapkan dari hidup. Tiap hari aku kemba

Things Will Get Better, So Hang in There

"If something is destined for you, never in million years will it be for somebody else." I do not know the real source for that sentence. Is it from Qur'an or Hadist, i do not know, but it is kind of famous quote, and i do believe in it. Many things happened, and it costs me lot of energy and emotion. As i wrote before, i made wrong decision, i did bad things to the person i just realize that i love him very much. I know that very well, if 'sorry' can not fix anything, as the way it used to be. But, i did my best. Anything i could. So, today, i dont think there's anything left for me to stay and wait. If he can never forgive me, may be i dont deserve forgiveness, and it's okay, i have punished myself with pain i've suffering all these time. I pay it cash. I do anything i can. ... But, dear me, you deserve happiness too. You did something wrong, and you apologize. You will learn from the mistake you made. No one deserve to walk through the pain for long