Inferior Fe dan Puisi

Aku selalu bilang, hanya ada dua alasan aku bisa menulis puisi. Pertama adalah patah hati, kedua adalah jatuh cinta.


"Mengapa orang yang suka dengan puisi sepertimu tak bisa mengekspresikan emosi?"

Sering kali orang menanyakan pertanyaan di atas padaku. Pertama, aku bukannya tidak bisa memahami emosi atau perasaan orang lain, aku hanya tidak tahu cara meresponnya. Aku punya empathy, mungkin tidak sedalam kebanyakan orang, tetapi aku paham ketika orang lain menangis atau bersedih, tetapi seringkali diliputi kebingungan bagaimana harus merespon. Kebanyakan, aku hanya duduk menemani dan mendengarkan. Kadang hanya menyodorkan tisssue atau membelikan makanan. Menangis juga butuh enerji, jadi yang bisa kulakukan hanya memastikan mereka tetap kuat.

Di lain sisi, puisi membantu orang-orang yang kebingungan mengekspresikan emosi sepertiku. Orang-orang yang kesulitan memilih kata yang tepat agar tak menyinggung, atau tak terkesan blak-blakkan, atau tak terkesan lancang, seperti diriku, terbantu dengan adanya metafora. Kita bisa mencari simbol yang mewakili, sehingga tak terang-benderang.

Jika perasaan adalah rumah, maka kata-kata terang benderang adalah pintu yang mengijinkan orang di luar masuk untuk mengetahui apa isi rumah itu. Sebaliknya, puisi adalah jendela, di mana orang di luar hanya mampu menerka maksudnya tanpa tahu persis apa isi sesungguhnya. Itu mengapa orang-orang yang kebingungan, bahkan dengan perasaannya sendiri, sungguh terbantu dengan puisi.

Di lain sisi, memiliki fungsi kognitif mbti TiNe-SiFe, maka extrovert feeling adalah sisi inferiorku yang hanya muncul ketika pada kondisi grip atau kondisi tak wajar yang sulit kuhadapi dengan TiNe. Itu mengapa selalu kukatakan kalimat pertama yang membuka tulisan ini. Puisi hanya bisa kubuat dengan dua kondisi. Pertama adalah ketika patah hati, kedua adalah ketika jatuh cinta. Keduanya sama-sama kondisi tak lazim, atau bukan kondisi sehari-hari yang bisa diprediksi. Itu mengapa Fe mengambil alih dengan menuangkannya melalui puisi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perjalanan Menuju Stasiun

Suara Angin Lewat

Sesekali Dalam Sehari