Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2015

Jalan Buntu

Pagi yang sulit untuk mengawali dengan tulisan, dan entah apa yang akan ditulis oleh tangan. Hari-hari ini seperti ingin ditarik kembali pada bayangan lalu. Seperti ada yang masih bersisa dan tak mau untuk dibiarkan begitu saja. Harus ada penyelesaian, entah bagaimana caranya. Tapi sekali lagi, buntu, tak tahu apa yang harus diselesaikan, bagaimana caranya, dan bagaimana memulainya. Mereka bilang, aku penulis yang ambigu, penulis yang absurd. Aku penulis? Bukan hal yang ingin kubahas, pun tak tahu apa yang ingin kubahas Beberapa hal dalam diri menuntut untuk dibebaskan. Terlalu sesak di dalam, terlalu ramai, sudah memuai. Ada reaksi-reaksi yang bahkan aku tak sadari, sejak kapan bereaksi dan apa yang menyebabkannya bereaksi. Pereaksi apa yang kuberikan? Hal yang paling jeas adalah harus ada pembebasan, Hanya aku tak menemukan jalan keluar. Entah, hanya kata entah yang bisa kukatakan. Seperti tidak ada penjelasan untuk apa-apa yang terjadi. Ingin mencari tahu, tapi tak bera

Cerita Pendek : Perempuan Juga Ingin Merdeka

Siang itu kami duduk santai menghabiskan waktu bersama. Hanya tinggal beberapa jam sebelum dia akan kembali ke kota. Aku masih membaca sebuah buku sembari menanggapi candaan-candaan ringannya. Orang mungkin akan melihat ini sebagai aktivitas yang membosankan. Duduk diam, hanya sesekali bercengkrama. Tidakkah menarik mengamati raut muka pasangan yang sedang serius berpikir, atau terlihat menikmati pekerjaannya? Menggambarkan macam-macam ekspresi wajahnya dalam tumpukan kertas sketsa. Bukankah hal yang sangat romantis ketika kami saling menatap dan tersenyum? Kebahagiaan yang tak terkatakan. Seringkali kata mereduksi makna, tapi bukan berarti menjadi tak perlu. "Apa kelak kau akan membenciku?" tanyanya tiba-tiba. Aku menggeleng tak tahu, "Kenapa dengan pertanyaanmu?" "Tidak, hanya saja sering melihatmu membaca tentang feminisme." "Dan?" "Mungkin kau akan mengutuki laki-laki. Aku laki-laki." Aku geli mendengar perkataann