Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2017

Mengantarkan Samudra

Siapa sangka, air samudra, yang tak pernah kau ketahui persis warna dan baunya, akan sampai di pelataran rumahmu sebagai hujan.    Berapa banyak yang    dilibatkan Tuhan    untuk mengirimkan    air di samudra    sampai di depanmu?    Di pelataran rumahmu. Evaporasi. Panas yang mengubah air menjadi uap yang naik ke langit. Berkumpul-gumpalkan mereka menjadi satu. Ditiup angin. Kondensasi. Diserapnya panas dari udara, yang membuat dingin, yang kau rasakan sesaat sebelum uap itu memekat Dan jatuh sebagau air. Tuban, 8 November 2017

Membagi kesedihan Dengan Hujan

Sudah berapa lama aku tidak menulis di sini? Barangkali cukup lama. Aku tidak menghitung. Aku kembali. Hari ini aku ingin membagi cerita sedih. Rasanya, cuaca mendukung untuk menuliskan kesedihan. Sore ini, aku mengunci diri di dalam kamar. Menenggelamkan diri bersama Salju milik Orhan Pamuk, sebelum kemudian Ibu mengetuk pintu kamarku tiga kali. Kulirik, jam menunjukkan pukul 15.15, kuduga ibu hendak mengingatkanku untuk menunaikan salat ashar. Tetap kubukakan dengan segera, meski aku sedang berhalangan. “Anak’e X gak onok. Ya Allah, kawit sak ulan nek sambat wetenge loro.” Ibu berkata dengan raut sedih. “Innalillahi wa innailaihi raji’un.” Perkataan ibu tentu mengejutkanku. X adalah saudara sepupuku. Usianya lebih muda. Kami terpaut antara 2 atau 3 tahun. Kami tidak begitu dekat, hanya sesekali bertegursapa saat bertemu dan ngobrol basa-basi. Semasa kecil, dia adalah teman bermainku. Aku turut bersedih untuknya. Aku bersama ibu pergi melawat. Di sana masih