Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2016

"Genk Cacad" : 3. Pengungkapan Identitas

Gerimis di daerah Surabaya dan sekitarnya. Hawa dingin menyeruak, menggelitik tulang dan rusuk. Suatu momen sakral yang seharusnya kulakukan adalah meringkuk di kasur dengan guling yang lengket di badan … tapi tidak untuk sore ini. Aku menghabiskan sore bersama Sono dan Taufan duduk di kantin. Aku merasa jengkel. Akhirnya datang juga. Segelas jus strawberry encer dan nasi sambel udang yang akan menemaniku merelakan ritual sakral. Sebenarnya, aku sungguh ingin bermesraan dengan bantal, guling dan kasur, tapi aku tak berdaya. Mereka mengancam tidak akan mensupply amunisi (baca : anime). Kami membicarakan anime berjudul Chuunibyou lagi. Kali ini yang diberikan Sono adalah edisi istimewa. Sebenarnya, aku sendiri tidak tahu di mana letak keistimewaannya, dan lagi bukan pembicaraan kami bertiga, hanya aku dan Sono. Lebih tepatnya, Taufan hanya datang menemani kami. Dia lebih seperti pengasuh, mengawasi kalau saja kami tiba-tiba bertindak memalukan. Mungkin saja Taufan tahu kalau Sono a

"Genk Cacad" : 2. Infeksi Chuu Ni Byou

Sedikit musik rock di pagi hari tidak buruk. Anggukan kepala, hentakan kaki, dan pukulan tangan ke meja. Di lantai satu ini aku duduk di samping tangga, menunggu dua teman baruku yang sedang mengikuti kelas konflik. Kebetulan aku pecinta damai, sehingga tidak mengambil kelas konflik. Orang lalu lalang, keluar-masuk toilet sembari menatapku dengan cara yang sama seperti Donovan menatap Sherlock. Aku biasa saja, tidak memelototi mereka kembali. Takut disangka Santi, hantu yang konon bergentayangan di FISIP. Cukuplah dua gelar yang kusandang, Alien dan Tuyul. Itu saja sudah repot. Suara langkah kaki berdatangan dari lantai atas. Kupikir jam kedua sudah berakhir. Taufan dan Sono juga sudah menyelesaikan kuliahnya yang penuh konflik, berdarah-darah … habis minum fanta tumpah di baju. Beberapa anak sejurusanku turun dan menyapa. “Woy, Chus, ngapain?” “Eh, alien? Mana ufonya?” “Nungguin Taufan sama Sono. Lihat nggak?” “Masih di atas deh kayaknya. Ayo FIB.” “Bentar. Nyusul nant

"Genk Cacad" : 1. Bermula dari Sini

Perkenalkan dua orang temanku, Sono dan Taufan. Teman satu jurusan yang kemudian menjadi bagian dari kehidupan pentingku di kampus tercinta, Universitas Airlangga. Kami, yang entah bagaimana menjadi dekat, menamai perkumpulan kami dengan sebutan ‘Genk Cacad’. Genk Cacad tidak hanya terdiri dari kami bertiga saja, tapi juga beberapa teman lain yang kami ‘paksa’ bergabung … meski tak mau. Ada Wira, Dimas Balarena, dan mungkin saja Dhimas. Orang-orang dengan tingkat dan jenis ke’aneh’an yang berbeda. Kami, mungkin saja, disatukan oleh game dan anime. Tapi bagaimanapun, mereka bertiga tidak terlibat jauh dengan segala macam persekongkolan aneh dan kesintingan kami. Penemuan itu diawali ketika hujan mengguyur sebagian Kota Surabaya. Aku masih di kantin FIB bersama Taufan dan Sono. Kami menikmati semangkuk soto Lamongan seharga 7000 rupiah ala pujasera FIB. Level kami memang bukan soto Cak Har yang super terkenal. Begini saja sudah mewah, ditambah guyonan receh dan es teh. Kami sudah s