Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2012

Curhatan Anak Kos : Edisi Teman Baik Baru dan Nama Baru

Halo, Selamat Siang    Suatu sore yang kupikir akan terasa membosankan karena hujan turun deras. Seperi  biasa, hujan yang menjadi perantara hawa dingin, membawakan dinginnya angin yang menggelitik sampai rusuk. Bukan lebay atau heboh, tapi memang aku tipe anak yang kurang begitu menyukai hujan beserta dinginnya, lebih - lebih petir yang dia bawanya. Hari itu, aku dikampus menyalin catatan mata kuliah statistik sosial 2 milik seorang teman. Aku berdiam di kampus karena memang beberapa jam lagi ada kelas Managemen sumberdaya manusia. Hitung - hitung hemat tenaga buat jalan ke kos.    Beberapa teman yang baru saja menyelesaikan kelas Dasar - dasar ilmu pemerintahan keluar, termasuk patner dasar jurnalistikku, Taufan.    "Alien," begitu dia memanggilku.    "Sono mana?" tanyaku. aku mencarinya atas dasar film yang dia kasih nggak bisa diputar. Beberapa saat kami berbincang, Sono mengajak kami makan di kantin Fakultas sebelah. Lanjut, hujan makin tu

Something i've found

Apa mantra terkuat untuk mengikat seseorang yang kita cintai? Jika ada, Beritahu aku dan kuikat kamu dengan itu. Dulu. Itu yang kupikirkan dulu. Lalu aku belajar sesuatu yang lucu. Tentang membiarkan seseorang yang kita cintai berlari menuju orang yang dia cintai, bukan aku. Itu hal yang lucu bukan? Aku belajar hal itu. Aku belajar melepasmu.. dan aku menyadari satu hal. Cinta bukan hanya tentang bertahan atau menahan, tapi juga tentang melepas. Aku baru sadar bahwa melepas juga merupakan cinta, bahkan yang lebih besar dari sekedar menahan atau bertahan. Aku ..mungkin mencintaimu lebih besar, karena aku melepasmu, karena aku membiarkanmu menjadi bahagia dengan caramu. Aku .. mungkin mencintaimu lebih besar, karena aku tidak meminta apapun dan sedikitpun. :) Hari ini, aku memikirkanmu tapi aku tak melihatmu. Apa itu yang disebut rindu? Jika benar, maka aku merindukanmu saat ini. Aku ingin bertemu. Apa itu juga rindu? Jika benar, maka aku merindukanmu saat ini. Aku bertanya - t

Curhatan Anak Kos : Edisi Tuhan yang menakdirkan

"Hai," Aku ingin mengucapkan itu padanya. Selalu ketika merasa sepi, aku ingin mengirim pesan singkat itu padanya. Selalu ketika merasa rindu, aku bahkan ingin mengirim pesan yang lebih panjang dari itu. Selalu.. Lalu aku ingin berjumpa dengannya. Melihat senyumnya, tertawa bersamanya dan berbagi dengannya. Aku takut ada kata 'lalu' yang selanjutnya. Lalu aku mulai ingin bersamanya, terlalu bahaya jika 'lalu' itu berkembang. Lalu aku ingin memilikinya.. Tuhan hentikan semua ini.. Tuhan, jangan buat aku menangisi hal-hal yang akan menghancurkanku untuk kesekian kalinya. "Good Bye," itu adalah kata yang ingin kuucap pada akhirnya. Mungkin ketika kami bertemu besok, mungkin saat perasaanku telah hilang, atau mungkin yang kutakutkan. Mungkin saja aku tak dapat mengatakannya. Bagaimana mungkin seorang sepertiku akan menunggu. Aku benci menunggu. Aku benci menjadi seperti orang bodoh yang dipermainkan waktu, berhari-hari menjalani ketida

Curhatan Anak Kos : Edisi Sisi Lain Mak Kos

   Selamat malam, kembali lagi bersama saya, chusnul sang pemilik blog ini. *Ala penyiar radio* Apaan sih *kibasin tangan*    Oke malam ini adalah malam yang panjang untuk saya sebagai penyandang status jomblo, tentunya penderitaan itu belum usai mengingat insomnia akut yang saya derita. Kemudian saya putuskan untuk berkencan dengan blog tercinta ini. Anyway, dalam tulisan 'Curhatan Anak Kos' sebelum-sebelumnya, saya sering bahkan terlalu sering membahas bagaimana pelitnya mak kos saya mengenai air bersih, tapi kali ini beda, ya meskipun tingkat kepelitan air bersih masih tinggi.    Ide untuk membuat cerita mak kos kali ini muncul ketika saya mencoba merenungi apa yang telah mak kos lakukan buat saya dan penghuni kos saya. Ternyata, mak kos itu adalah sosok yang juga baik. Dulu ketika semester satu, yaitu awal saya masuk di kos 38, lewat cucunya yang super mak kos memberi beberapa potong kue. Entahlah dalam hal apa mak kos bisa menjadi sosok dermawan. saya masih ingat be

Curhatan Anak Kos : Edisi Membingungkan

Seperti apa aku? Lalu seperti apa kamu? Aku mendiskripsikan diriku lewat dirimu? apa yang sama dari aku dan kamu, lalu apa yang berbeda dari aku dan kamu. Ini membingungkan. Aku sedang sakit, tapi tak terasa. Kamu bilang aku keras kepala, lalu kuadu kepalaku dengan tembok. Aku berjudi, "Mana dahulu yang akan hancur?" baik tembok maupun kepalaku sama-sama diam, kemudian sekeliling berputar. Ternyata kamu salah, masih ada yang lebih keras dari kepalaku. Kepalaku berdenyut. Hari ini, ada yang bilang aku bodoh. Aku bersikeras aku tidak bodoh. Tapi dimana kecerdasanku ketika membenturkan kepalaku ke tembok hanya untuk membuktikan kamu salah? lalu apa aku benar-benar bodoh? sebodoh apa aku hingga masih mengingat jelas setiap detail yang kamu katakan? Aku melihat film, judulnya perahu kertas. Di dalamnya, ada tokoh kugy yang pernah memendam perasaan ke keenan. kugy bilang, "Sepuluh atau dua puluh tahun lagi, aku nggak mau ngerasain sakit yang sama," kira-kira