Postingan

Menampilkan postingan dari 2024

Popping Memories

Hi, again This morning, out of nowhere, i feel like kinda missing thing. It happened just like that. Like when i wanted to order a train ticket to go home, i suddenly remember my last train trip. I just dunno why, this should not happen to me. We just had a day spent together, but the memory we had last time popped out and i couldn't do anything, but feel sad. It's like a video playing in my mind when he sat on the floor waiting for me infront of the exit door in train station and i walked to him. His smile, i still remember very well. It sticked out. He always smile. This thing made it harder to forgive myself. Did i hurt him? did i miss him? How i always end up regretting things. After all these judgements, i still make worse decision. I suddenly want to cry on, yet i'm facing lot of people and i'm holding it on while writing this. He is kind, but i always have this negative thinking. Do i really deserve this kind of life? All those overthinking to prevent me from bei

Memerankan Carol

Aku selalu bertanya-tanya, mengapa libur panjang, seperti libur tahun baru atau menjelang lebaran, stasiun dan bandara menjadi ramai sesak, serta jalan-jalan menjadi macet? Mengapa orang-orang mengorbankan banyak hal hanya agar bisa pulang ke kampung halaman? Hari ini aku terpaksa naik kereta menuju Jakarta untuk menghadiri undangan mengisi kuliah, karena tiket pesawat sudah habis sebulan lalu. Pasar Turi memang stasiun paling ramai, karena padatnya jadwal kereta, tapi hari-hari ini ramainya luar biasa sehingga membuatku pusing. Bahkan di ruang tunggu eksekutif tak ada bedanya denggan ruang tunggu ekonomi: orang-orang berlalu-lalang membawa koper besar dan kerdus, anak-anak kecil berlarian dan menangis, sementara yang lain sibuk memainkan gawai dan beberapa lainnya tertidur kelelahan. Suatu hari aku bertanya kepada salah satu staf pengajar di departemenku, "Kenapa harus menunggu lebaran untuk pulang?" Dia menjelaskan padaku sembari mengejekku sebagai kaum berprivilese dan men

Done Trying

 Akhirnya aku menulis lagi.. Selalu butuh patah hati untuk kembali menulis di sini. Tapi sejujurnya, ada beberapa tulisan yang tak selesai di draft. Hanya saja tak layak, karena tak selesai. Setelah apa yang terjadi di tahun 2021, aku bisa menemukan diriku perlahan membuka diri pada orang baru, berusaha saling mengenal, dan bertukar emosi. Aku memulai dengan meyakinkan pada diriku, "tidak harus menemukan seorang pasangan, barangkali cukup kawan bicara yang sepadan." Rupanya hal seperti itu tidak ada. Hahaha, naif sekali. Semuanya baik-baik saja sebelum trauma masa lalu pelan berjalan masuk pada ruang-ruang kosong di pikiran. "Kenapa tidak lagi sering menelpon? kenapa tidak lagi merespon pesan dengan cepat di waktu senggang? kenapa harus menunggu siang hari untuk merespon pesan semalam? Apa ada gadis lain?" Ada semacam pertarungan antara kesadaran di dalam pikiran dan alam bawah sadar pada emosi. You have no right to ask for more, but doesn't it all matter to bot