Curhatan Anak Kos : Edisi Tuhan yang menakdirkan

"Hai,"
Aku ingin mengucapkan itu padanya. Selalu ketika merasa sepi, aku ingin mengirim pesan singkat itu padanya. Selalu ketika merasa rindu, aku bahkan ingin mengirim pesan yang lebih panjang dari itu. Selalu..
Lalu aku ingin berjumpa dengannya. Melihat senyumnya, tertawa bersamanya dan berbagi dengannya. Aku takut ada kata 'lalu' yang selanjutnya.
Lalu aku mulai ingin bersamanya, terlalu bahaya jika 'lalu' itu berkembang. Lalu aku ingin memilikinya..
Tuhan hentikan semua ini..

Tuhan, jangan buat aku menangisi hal-hal yang akan menghancurkanku untuk kesekian kalinya.
"Good Bye," itu adalah kata yang ingin kuucap pada akhirnya. Mungkin ketika kami bertemu besok, mungkin saat perasaanku telah hilang, atau mungkin yang kutakutkan. Mungkin saja aku tak dapat mengatakannya.

Bagaimana mungkin seorang sepertiku akan menunggu. Aku benci menunggu. Aku benci menjadi seperti orang bodoh yang dipermainkan waktu, berhari-hari menjalani ketidak pastian.

Saat ini dengan tegas kuminta pada-Mu, Tuhan, "Jika dia jodohku. Persatukan kami dengan waktuku yang terbatas. Jika tidak, jauhkan dia sejauh-jauhnya dariku. Lebih jauh dari apapun yang bisa kujumpai kembali."
Tuhan yang agung,
Ada waktu dimana aku harus menunggu dan selama ini telah kulakukan. Ada waktu dimana aku akan terjatuh, aku juga sudah merasakannya. Ada waktu dimana aku diterbangkan, aku pernah merasakannya. Ada waktu dimana aku harus bertahan, sudah pernah kucoba. Lalu orang yang mana yang akan membawaku merasakan semua hal tersebut? Orang yang seperti apa itu yang nantinya menggenggam tanganku mengikuti perjalanan hidupnya?
Kuserahkan semua pada-Mu, Tuhan.
Aku akan memasrahkan takdirku. Kuserahkan buku tulisku padaMu, biar Kau yang menggaris dan menggambar jalanku. Yang terbaik, aku percayakan padaMu, Tuhan. :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perjalanan Menuju Stasiun

Suara Angin Lewat

Sesekali Dalam Sehari