Jalan Buntu

Pagi yang sulit untuk mengawali dengan tulisan, dan entah apa yang akan ditulis oleh tangan. Hari-hari ini seperti ingin ditarik kembali pada bayangan lalu. Seperti ada yang masih bersisa dan tak mau untuk dibiarkan begitu saja. Harus ada penyelesaian, entah bagaimana caranya. Tapi sekali lagi, buntu, tak tahu apa yang harus diselesaikan, bagaimana caranya, dan bagaimana memulainya. Mereka bilang, aku penulis yang ambigu, penulis yang absurd. Aku penulis? Bukan hal yang ingin kubahas, pun tak tahu apa yang ingin kubahas


Beberapa hal dalam diri menuntut untuk dibebaskan. Terlalu sesak di dalam, terlalu ramai, sudah memuai. Ada reaksi-reaksi yang bahkan aku tak sadari, sejak kapan bereaksi dan apa yang menyebabkannya bereaksi. Pereaksi apa yang kuberikan? Hal yang paling jeas adalah harus ada pembebasan, Hanya aku tak menemukan jalan keluar.


Entah, hanya kata entah yang bisa kukatakan. Seperti tidak ada penjelasan untuk apa-apa yang terjadi. Ingin mencari tahu, tapi tak berani, tak mau, tidak saja rasanya, tapi mati penasaran atas kekacauan ini. Siapa yang memerintahkan kaki untuk berlari saat semua sudah tertata untuk duduk dan bicara? Aku tak tahu. Siapa yang memberi perintah pada bibir yang kelu, dan wajah yang berpaling saat semua yang ingin diucap telah ada dan terpikirkan? Aku tak tahu. Penyelesaian apa ini? Pembebasan apa seperti ini?


Pada saat yang tepat, waktu akan membebaskan yang ingin terbebaskan? Omong kosong dengan waktu, aku sudah menunggunya lama. Sampai kapan omong kosong akan penyembuhan waktu akan diberikan padaku? Dan sudahlah, akupun tak tahu bagaimana mengakhiri ini. Terlalu banyak, lagi-lagi tak bisa tertulis satu per satu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perjalanan Menuju Stasiun

Suara Angin Lewat

Sesekali Dalam Sehari