Anak Kecil Dalam Tubuh Dewasa

Pernahkah pada akhirnya kalian sadar bahwa apa yang diyakini selama ini ternyata salah? dan itu membawa pemahaman tentang bagaimana kita pada akhirnya melihat diri kita. Hari ini atasanku dinas ke luar kota. Aku hanya sendirian di ruangan, temanku lain sedang salat Jum'at dan mereka yang perempuan sedang makan siang. Aku mengisi waktu denga melihat video di YouTube sebelum tiba-tiba terdengar suara pintu dari arah belakangku. Kulihat saja, tetapi gerakannya hilang dan pintunya kembali diam. Kuputar kembali tontonanku, lalu pintunya kembali berbunyi seperti ketika dibuka pelan sekali. Kulihat saja dan benar pintunya bergerak. Ketika itu tidak ada angin, karena semua jendela tertutup, dan jika pun ada angin dari arah lain di ujung pintu utama, pastilah amat kencang sehingga bisa kurasakan angin itu, tetapi sungguh tidak ada. Bukan itu sesjujurnya yang ingin kukatakan.

Selama ini aku merasa bahwa ada sisi lain dari diriku yang merasa takut akan hal-hal metafisik yang tak bisa dijelaskan dengan nalar. Tentu itu berlawanan dengan sisi logis dalam diriku. Aku hampir tidak berani menonton film horor karena adegan-adegan itu akan terbayang amat nyata di kepalaku dan muncul di mimpiku, sehingga rasa takut yang menyiksa itu sesungguhnya amat parah di dalam kepalaku sendiri. Hari ini, begitu aku mengalaminya, responku datar. Hanya kulihat pintu sembari merasakan dengan tanganku apakah ada angin yang bertiup kencang sehingga mampu menggerakkan pintu dari kayu yang lumayan tebal. Tidak ada. Responku selanjutnya adalah membuka pintu itu, melihat ke dalam ruangan atasanku dan memeriksa apakah jendelanya terbuka. Tidak juga. Tidak ada ventilasi. Dan kemudian yang kulakukan selanjutnya adalah menutup pintu itu. Belakangan, ketika tiba-tiba kursi di sampingku bergerak saat aku menghancurkan berkas, aku hanya melihatnya dan tertawa, lalu pergi dan menutup pintu, bertanya pada satpam hari apakah itu? Kamis. Malam. Oh, ya sudah. Aku pergi.

Ketakutanku berasal dari imajinasi liar yang ada di kepalaku sendiri, sejujurnya. Ketika mengalami hal serupa, pintu terbuka atau kursi tergerak, aku merasa biasa saja. Tidak lari ketakutan atau bagaimana. Sekitar 15 menit berselang, aku kembali ke kursiku, duduk, dan kembali bekerja. Rangsangan visual tidak terlalu menggangguku, barang kali. Tetapi, hal yang sifatnya tidak dapat kulihat atau kupastikan seperti halnya suara, mungkin jauh lebih menakutkan. Barangkali aku akan kabur saat itu juga. Hahaha

Hari ini, aku menyadari bahwa ada anak kecil ketakutan yang bersembunyi di dalam diriku, dan rasa takut itu dipicu oleh sesuatu di luar kemampuanku untuk memastikan, "apa sesungguhnya di balik pintu itu?" ketika sosok dewasa di dalam diriku membuka dan memastikannya, ternyata semua baik-baik saja. Anak kecil itu ternyata tidak terganggu oleh rangsangan visual, tetapi suara. Diri dewasaku belum mampu mengendalikan itu.

Ini tentu membawa pertanyaan akan sejarah panjang yang membawaku pada rasa takut berlebihan, yang tersembunyi di alam bawah sadarku. Muncul di dalam mimpiku, dan sampai pada prasangka-prasangka liar yang kubuat sendiri. Apakah di masa kecil aku mengalami semacam trauma karena orang tuaku atau keluargaku menakutiku dengan suara yang tak jelas asalnya? Pertanyaan ini penting untuk kujawab karena apabila kelak aku memiliki anak, maka aku tak mau memenjarakan anak kecil di dalam tubuhnya hingga dewasa. Rasa takut mematikan nalar dan akal sehat, dan jika itu dipelihara dan tak terhentikan, maka tentu akan menghambat bagaimana seorang anak akan memproyeksikan hal-hal di lingkungannya.

Tentu rasa takut itu perlu untuk membuat orang menyadari akan bahaya yang mengintai, tetapi jika rasa takut itu kemudian menghambatnya dalam beraktivitas, maka itu sungguh harus diobati. Tentu mengingat masa kecil sangat sulit karena pada saat itu otak kita belum terbentuk sempurna. Mungkin aku bisa meminjam tangan lain, tetapi siapa? Kupikirkan nanti sajalah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perjalanan Menuju Stasiun

Suara Angin Lewat

Sesekali Dalam Sehari