Curhatan Anak Kos : Edisi Yang Tak Kumengerti

   Hari itu,senin lalu. Kunaiki sebuah kereta. Aku baru sadar, kereta ini menjadi satu dengan perasaanku. Didalamnya kurasakan sesak yang tertahan. Aku dibawanya ke timur, menjauhi barat yang memberikanku senja. Sesuatu yang kukenali seperti telunjuk jari sendiri. Sayangnya harus ada kata 'tapi', senja itu menangkapku. Menangkap perhatianku. Kereta ini tak cukup daya untuk berlari menjauh. Sejenak kubuang muka pada manusia - manusia sepertiku, untuk 'tapi' selanjutnya aku kembali memandangnya. Aku tak tahan. Kupejamkan mataku dan merasakan angin membiusku kembali, menghembuskan ingatan tentang senja yang lalu.

   Kubuka kembali mataku. Hidungku memanas hendak melelehkan es disekitarnya. Lagi, kutahan apa yang bisa kutahan, sampai aku tak bisa menahan dan tak tahu kapan akan memuntahkannya. Kuputuskan untuk membungkusnya kembali. Iya, kubungkus kembali kenangan itu, tentu saja dengan airmata yang menjadi paket pelengkap. Semuanya yang memberatkan langkahku. Semakin berat karena nyatanya aku tak bisa membuangnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perjalanan Menuju Stasiun

Suara Angin Lewat

Sesekali Dalam Sehari