Salam, Untuk kedua kalinya di malam ini saya menulis. Kali ini saya ingin membahas topik yang sama namun berbeda. Menyaksikan seorang teman yang gugup hendak bertemu dengan sang pujaan, rasanya teringat ketika jatuh cinta (dulu). Cinta seperti apa? kali ini benar, tulisan ini membahas tentang cinta pada sesama manusia (?). Perasaan peduli kepada orang lain lebih dari diri sendiri, perasaan khawatir saat pujaan tak kunjung datang menemui, perasaan rindu saat tak berjumpa, perasaan sakit melihat deritanya, ya seperti itu kira-kira. Saya ingat, dia adalah orang pertama yang membuat saya jatuh cinta, orang pertama sekaligus penyiksa yang luar biasa. Tak sekalipun saat bersamanya saya katakan bahwa saya cinta. Fase denial karena dia sama sekali bukan tipe ideal yang saya mimpikan. Bukan lelaki dengan kecerdasan diatas rata-rata, bukan pendiam yang menyimpan sejuta misteri, bukan lelaki dewasa yang bisa bersikap manis dan memperlakukan perempuan dengan baik. Dia jauh sekali dari itu. ...
Ada yang menyusup masuk dari celah semut yang tak nampak menggeliat dan melipat ganda menjadi banyak kemudian memberontak benteng kendali seperti rakyat yang bergerak meruntuhkan rezim Video setahun lalu yg direkam dengan HP Redmi Note 10 buluk, dengan suara berat akibat hawa dingin, menjelaskan 4 macam makanan dari orang-orang yg membagikannya gratis di plataran An-Nabawi. Kukirim di sela Magrib menuju Isya pada waktu tengah malam di jam Indonesia. Hari ini kuputar kembali secara tak sengaja dan mataku berkaca, lalu basah. "Ya Allah, jika tahun lalu kuminta petunjuk, maka hari ini bolehkah kuminta 'dia saja'? Tolong, jangan yang lain." Bolehkah kuminta keajaiban agar terjadi: yang semula rusak jadi membaik, yang semula hilang akan kembali, yang semula remuk akan menyatu dan utuh? Aku ingin sekali menjadi egois untuk memintanya kembali, karena berulang kali kucoba lupa, kenangan itu menemukan jalan kembali dan menguasai. Berulang kali kucoba rela, tapi di dalam dirik...
Hari ini aku ingin menulis pakai bahasa Indonesia saja. Sebetulnya, banyak hal kuharap bisa kubagi denganmu. Kuharap ada juga cerita yang kau ingin bagi denganku. Tentang orang di kantormu yg tak kau sukai, tentang temanmu yg konyol suka menghamburkan uangnya, tentang proyek-proyek membetulkan motor yg sering kau ceritakan, tentang ibumu yg berencana pulang ke kampung halaman, tentang adikmu nomor 1 dan dramanya, tentang adik terakhirmu yg mungkin sudah lulus kuliah. Aku mau mendengar itu lagi darimu. Kau tahu, ada saat-saat ketika aku bertugas pada momen wisuda dan aku berharap itu adalah wisuda adik kecilmu yg kau hadiri. Kadang-kadang aku berharap bahwa kita akan bertemu pada satu momen itu atau sekadar melihatmu dari kejauhan. Tapi kadang aku juga berpikir, jika memang akan terjadi, apa yang akan kulakukan? Hanya diam melihatmu dari kejauhankah? Barangkali juga aku tak akan siap. Ngomong-ngomong, soal apa yang ingin kuceritakan hari ini. Kau ingat teman yang pergi umrah ...
Komentar
Posting Komentar