Itu adalah tujuh jam yang singkat, tetapi mata dan tubuh kami punya batas untuk merespon kemauan otak dan melanjutkan percakapan. Lalu, masing-masing kami harus melanjutkan perjalanan masing-masing. Pergi ke tempat tujuan masing-masing. Kupikir aku tak akan paham bagaimana bisa Celine memutuskan turun dari kereta dan menghabiskan sepanjang malam mengobrol dengan Jesse pada seri pertama Before Sunrise. Dua bulan lalu aku naik dari Surabaya menuju Jakarta. Seperti biasa kubuka buku, bukan untuk membunuh waktu-waktu bosan, tetapi untuk berjaga-jaga agar tak ada yang mengajakku bicara. Aku punya teori bahwa dua benda paling ampuh yang bisa melindungi manusia dari percakapan yang tak diinginkan adalah buku dan headset. Teori ini sudah kuuji dalam berbagai perjalanan darat, laut, dan udara. Kombinasi keduanya sangat dianjurkan bagi mereka yang menghindari percakapan basa-basi dan kecanggungan menghadapi orang asing. Kala itu kubawa satu buku Intan Paramaditha favoritku, Sihir Perem
Sahabatku kala SD tiba-tiba mengajakku keluar Senin kemarin, tapi aku merasa sangat lelah dengan aktivitas seminggu lalu, kemudian kutawarkan hari Rabu sebagai pengganti. Kemarin, kami pergi ke PRJ akhirnya. Niat awalnya ingin makan saja, tetapi ternyata di sana begitu ramai. Ada ribuan orang tumpah-ruah di Grand City Mall. Kami membeli snack paket, lalu mengantre makanan. Aku hampir tidak bisa menceritakan apa saja yang ada di sana, karena terlalu banyak orang di sana, terlalu banyak suara, dan entahlah, aku tidak begitu menyukai itu semua. Kami berkeliling mencari tempat yang lebih sepi, membeli susu oat, lalu pulang. Ketika pulang, aku mengajak sahabatku melewati jalan yang belum pernah kami lewati. Aku tidak tahu ke mana jalan itu mengarah dan terhubung. Sahabatku menawarkan untuk melihat Gmaps, tapi aku menolak. Sepertinya lama sekali aku tidak melewati jalan baru, jadi kupikir biarlah kami nyasar. Aku ingat mantanku pernah bertanya suatu hari ketika aku tersesat di jalan, "B
Ada hari-hari seperti ini: tiba-tiba merasa sangat kesepian dan butuh teman bicara. Perasaan terasing dan teralienasi, karena tak ada satupun yang bisa diajak bicara selain perihal pekerjaan di kantor. Hal seperti ini terjadi berulang kali, meski ada kalanya mereda. When i drove my bike back home, i feel my eyes burned and i couldn't stop crying. I know exactly i need help, but i don't know where to go and i have no one. Not a single friend. Staying alive is the hardest thing. Everyday i keep telling myself, there's some big responsibilities i'm holding on my hand and if i die, it's not only about me quitting my life, but would probably harm others. So, i continue to breath. But this darkness and loneliness consume me everyday, and i know that one day, sooner or later, i'll become ashes. Menyedihkan rasanya memelihara 'rasa tidak enak merepotkan orang lain' sebagai alasan buat tetep bernafas hari ini. Setiap hari, setiap kali, ada rasa ingin pergi ke ka
Komentar
Posting Komentar