Kacamata Amatiran : Urusan Hati

Salam,
Saya menulis dari lantai satu sebuah perpustakaan di Kampus saya. Ramai, saya dikelilingi oleh mahasiswa yang tengah asik dengan laptop. Entah apa yang ada dihadapan mereka, entah apa yang menyita perhatian mereka, yang saya ketahui dengan pasti adalah curahan hati seorang dari balik telepon genggam yang saya pegang. Saya ingin membahas ini disini. Tentang kisah cinta, meskipun saya bukan siapa-siapa, bukan orang yang berpengalaman, tapi saya ingin membagi sedikit pemikiran saya.

Adakah diantara kalian yang sedang berada dalam suatu hubungan dan merasa jika pasangan tak lagi menarik, tak lagi membuat kalian jatuh cinta, atau bahkan kalian merasa jika seorang lain lebih menarik dari pasangan? Saya tidak akan menuliskan mengapa itu terjadi, karena saya bukan orang di dalam hubungan. Tapi jika itu terjadi, tanyakan pada diri kalian, masihkah pantas hubungan dipertahankan? Masih pantaskan dia untuk dipertahankan dan maukah kalian mempertahankan? Jika tidak, maka tidak ada alasan untuk bertahan. Cukup mainstream apa yang akan saya utarakan setelah ini, tapi saya kira memang ada kebenaran di baliknya. Orang lain lebih menarik? pasti. Di dalam suatu hubungan yang panjang, selalu ada titik di mana kalian ataupun pasangan mengalami kejenuhan, dan kedatangan orang lain (orang baru) dengan suasana baru selalu menyegarkan. Ada sebuah kalimat yang cukup terkenal, "Rumput sebelah lebih hijau" saya tidak meragukan itu, kalian tahu maksud saya. Tapi bayangkan jika kemudian anda menghabiskan waktu yang cukup lama dengan orang tersebut, apa yang akan terjadi? banyak kemungkinan. Bisa jadi menemukan kebahagiaan baru, bisa jadi terjebak di lingkaran yang sama, bernama "jenuh".

Jika kemungkinan pertama yang terjadi, maka berbahagialah telah memilih keputusan yang benar, tapi celakalah jika kemungkinan kedua yang kemudian terjadi. Pada masa pendekatan atau yang lebih dikenal dengan sebutan PDKT, masing-masing baik si perempuan ataupun laki-laki tentu akan memperlihatkan segala kelebihan, berusaha sebaik mungkin untuk dapat menarik. Ini hal yang wajar, tapi pertunjukan tidak terjadi setiap waktu, bukan? nah, waktu akan membuktikan. Saran yang bisa saya berikan adalah untuk memeriksa hubungan kalian agar menemukan akar masalahnya. Jika masalah berawal dari kejenuhan, maka periksalah rutinitas dan intensitas pertemuan. Mengubah gaya berpacaran, atau temukan aktifitas lain untuk penyegaran.

Orang-orang dengan tidak sabaran kadang memutuskan jalan untuk mengakhiri, entah dengan cara atau alasan apa. Tapi coba pikirkan, jika kalian tidak pernah menemukan solusi untuk mengatasi kejenuhan, apa yang akan terjadi dalam hubungan yang lebih serius, dan tentu saja dalam waktu yang cukup lama? apa selamanya akan berakhir seperti itu? sama halnya dengan bekerja, jika kalian tidak bisamenaklukkan kebosanan atau kejenuhan itu, maka kalian tahu bagaimana itu akan berakhir. Well, taklukkan itu. Kebosanan selalu diikuti dengan apapun yang melelahkan, dan sekecil apapun masalah yang datang, seringkali digunakan sebagai 'pembenar' keputusan. Sudah alamiahnya manusia mencari pembenaran atas tindakan yang dilakukan. Sangat sering kasus seperti ini berakhir dengan perselingkuhan, dan jika seseorang bertanya pada saya, maka jawaban saya adalah tidak ada kebenaran dalam penghianatan. Bahkan menjadi salah sejak ada dalam pikiran, melahirkannya dalam bentuk tindakan adalah kefatalan.


Apa alasan saya mengatakan perselingkuhan adalah salah? jawaban saya agak mendramatisir mungkin, tapi cinta dan kesetiaan adalah satu hal yang tidak bisa dipisahkan. Jika gugur kesetiaan itu, maka pertanyaan apakah yang kalian miliki untuk pasangan adalah cinta, rasa iba, atau ketergantungan? Dan hubungan yang kehilangan cinta, tidaklah patut untuk dilanjutkan. Maka berusahalah untuk terus menumbuhkan cinta, jika tidak ingin, maka akhiri saja. Sangat tidak patut melibatkan pihak ketiga dalam permasalahan hubungan yang kalian miliki. Sangat tidak patut lagi untuk mengkambing hitamkan orang lain. Ketahuilah, hubungan kalian adalah milik kalian, dan pertanggung jawaban itu selamanya milik kalian.

Beberapa orang terlihat ingin memiliki hubungan tapi tidak sepenuhnya siap untuk berada dalam hubungan itu sendiri, maka konsekuensi seperti di atas yang akan ditemui pada waktunya. Kebanyakan berekspektasi tinggi mengenai apa yang akan didapatkan setelah memiliki suatu hubungan, tapi tidak memikirkan apa yang akan ia lakukan dengan hubungan tersebut. Seperti beberapa perempuan ingin mendapatkan bunga dari kekasihnya, atau laki-laki tak ingin menemani kekasihnya pergi ke salon, tapi tak satupun mau mengatakan keinginannya hingga pada akhirnya jenuh mengkode, ataupun jenuh berada di dalam pusat perbelanjaan. Celakalah lagi jika kemudian tidak ada masing-masing yang mau mengubah sudut untuk menemukan hal lain yang lebih baik dari pasangan, misal melihat keromantisan laki-laki dari bagaimana kesetian ataupun perhatian yang diberikan, bahwa keromantisan tidak terkotak pada bunga ataupun cincin dan hadiah lainnya, atau laki-laki berusaha memahami bahwa ke salon adalah salah satu usaha kekasih untuk terlihat tetap cantik di hadapannya, bentuk usaha kecil untuk menjaga perhatian pasangan. Menghargai setiap hal kecil akan sangat membantu.


Berbicara mengenai "menghargai setiap hal kecil", saya punya cerita yang mungkin menarik. Di Jepang, setiap musim memiliki perayaannya. Masyarakat Jepang sangat menghargai hal-hal kecil, seperti minum teh, memperingati musim panas, melihat bunga sakura mekar, dan banyak lainnya, saya pikir ini erat kaitannya dengan menumbuhkan kecintaan. Coba untuk menerapkan dalam hubungan, siapa tahu akan berhasil menumbuhkan cinta. Supaya bisa tumbuh, jangan lupa untuk memberi ruang, jarak agar cinta itu tumbuh. Terakhir, mencintailah seperti kalian ingin dicintai.

Selanjutnya, jika memungkinkan saya akan membahas hal lain tapi masih erat kaitannya dengan hubungan percintaan. :)

*mulai ditulis pada 14 april 2015 dan baru sempat dianjutkan pada 19 april 2015.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perjalanan Menuju Stasiun

Suara Angin Lewat

Kebebasan Semu dan Kesepian yang Nyata