Tulisan Pagi Menjelang Konsultasi

   Salam,
pagi ini saya datang ke Kampus lebih awal dari biasanya. Tepat pukul 08.00 pagi saya sampai di Departemen politik untuk bertemu dosen pembimbing. Saya seharusnya datang pukul 09.00 sesuai janji, namun karena sedikit gugup, saya memilih untuk berangkat lebih awal. Ada yang bilang, menunggu berjam-jam lebih baik daripada terlambat satu detik. Sebenarnya bukan itu poinnya, alasannya adalah kemarin saya datang ke Kampus pukul 09.30 dengan harapan bisa menemui Dosen pembimbing untuk berkonsultasi (belum membuat janji sebelumnya), namun sekitar pukul 09.00 beliau telah meninggalkan Kampus. Begitulah kenapa saya datang lebih awal hari ini.


   Saya letakkan beberapa naskah skripsi di atas meja yang panjang, di depan ruang Departemen Politik. Naskah tersebut telah dibubuhi coretan-coretan oleh Dosen pembimbing. Saya menunggu sembari menuliskan ini, hanya untuk mengurangi kegugupan. Saya berharap tak banyak coretan yang akan diberikan kali ini.


   Biar saya gambarkan Dosen yang membimbing saya. Namanya Sutrisno, kami, Mahasiswa Ilmu Politik sering memanggil beliau Pak Tris. Beliau adalah Dosen senior yang sudah sepuh, saya kira usianya sekitar 60an tahun. Saya juga mengira hampir semua Mahasiswa Ilmu Politik setuju untuk mengatakan Pak Tris adalah orang konservatif dengan disiplin dan ketelitian yang tinggi. Tapi saya lebih setuju untuk mengatakan Pak Tris adalah pribadi yang sangat bertanggung jawab dan berkomitmen tinggi.


   Alasan mengapa saya mengatakan bahwa, Pak Tris merupakan pribadi yang sangat bertanggung jawab dan berkomitmen, adalah karena selama menjadi mahasiswa bimbingan, kami akan tidak pernah membahas mengenai kerangka teori dan konsep sebelum rumusan masalah dan latar belakang masalah telah saya pahami dengan sungguh-sungguh. Beliau selalu membaca detail isi skripsi saya sebelum kami melakukan diskusi, biasanya memberi jeda satu hari antara pengumpulan dan pembahasan, lantas membahasnya kalimat per kalimat dan menunjukkan kesalahan-kesalahan dalam skripsi saya. Saya selalu dipertanyakan mengenai apa yang saya tulis dan apa saya paham naskah yang saya buat tersebut. Pemaknaan kata dan kalimat. "Jangan menulis sesuatu yang tidak kamu tahu, karena itu akan menyulitkan kamu," begitu beliau selalu berkata. Pada pertemuan lalu, kami menyepakati hanya ada 2 rumusan masalah untuk menjadikan penelitian saya fokus. "Biar sedikit asal semua dikuasai dan dipahami." Saya bisa melihat tanggung jawab beliau sebagai Dosen maupun Dosen pembimbing. Skripsi bukan hanya menulis, tapi menyempurnakan tulisan dan memenuhi semua persyaratan. Untuk itu beliau tidak pernah mengijinkan saya untuk turun lapangan apabila saya belum cukup fokus.


   Komitmen beliau? Suatu ketika di kelas SPI, seorang teman bermain HP saat perkuliahan berlangsung. Pertama Pak Tris menegurnya, dan kedua mengeluarkannya dari kelas. Beliau tidak suka mahasiswanya bermain HP ketika perkuliahan, untuk itu beliau juga tidak pernah membawa HPnya di Kelas, dan selama menjadi mahasiswa bimbingannya, saya juga tidak pernah menemui beliau membuka HPnya, hanya agar kami bisa fokus dalam diskusi. Sekilas cerita.


   Beberapa menit berlalu ketika saya menuliskan ini, Pak Tris belum kunjung datang. Jarum jam masih menunjukkan pukul 08.46, beberapa orang lalu lalang melintas di depan saya. Di kursi sebelah utara, membentuk sudut 25 derajat dari tempatku duduk, Pak Ucu tengah menikmati secangkir kopi panas sambil merokok, kukira juga bermain game di HP. Beberapa waktu kemudian, seorang gadis berjilab berhenti di depannya. Mereka berbicara singkat. Kemungkinan gadis itu adalah seorang junior Ilmu Politik. Seorang gadis berbaju coklat melintasiku untuk kedua kalinya, yang kukira adalah Mahasiswa Ilmu Komunikasi. Beberapa menit kemudian gerombolan laki-laki dan perempuan turun dari lantai 3. Ujian jam pertama hari ini (mungkin) telah selesai.


   Saya mulai merasa bosan. Ingin menggambar tapi juga ingin menulis. Saya tidak lihai menggambar. Kembali pemandangan di depan saya menjadi pikiran. Beberapa naskah skripsi yang saya katakan tadi. Saya akan menyimpannya, usaha-usaha saya selama ini. Ada banyak coretan Pak Tris, dengan pena maupun pensil.


   Suasana kampus terasa lebih sepi dari biasanya, atau memang aku yang sudah tak mengenal kampusku seperti dulu (?). Angin berhembus kencang, kulihat pohon-pohon bambu berdecit, dedaunan kering berterbangan, rontok. Sedikit mendung, kuharap hujan tidak turun kali ini. Dari arah belakang, tangga utama FISIP, dua orang dari media berjalan menuju Departemen Politik. Dari tempatku duduk, kulihat mereka mencari Pak Hariyadi, salah satu Dosen Ilmu Politik yang populer. Beliau adalah salah satu tim sukses Jokowi di Pilpres lalu. Mereka berbicara entah apa, kemudian duduk di sofa sebelah kanan setelah pintu. Wawancara dilakukan, namun pintu Departemen ditutup (memang selalu ditutup). Pak Tris datang, saya akhiri tulisan ini.


*ditulis pagi tadi disebuah note, dan ditulis ulang pada blog dengan sedikit ubahan kata.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perjalanan Menuju Stasiun

Sesekali Dalam Sehari

Suara Angin Lewat