Curhatan Anak Kos : Edisi Masa Lalu

   Selamat sore,
Hari ini ujian tengan semester saya pada semester 4 selesai. Lega rasanya akhirnya bisa mengistirahatkan otak sejenak. Saya bersama Sono dan Dimas Yoga menghabiskan siang dengan bermain kartu. Menyenangkan. Aku berniat membuka salah satu akun sosial media, namun entah bagaimana jadinya aku membuka profil salah satu bagian dari masa lalu.
   Saya kira, saya sudah menemukan 'my desember', saya pernah merasakan sesak karenanya. Saya sendiri bingung. Mungkin sampai saat ini menjadi bingung dan lebih bingung. Adalah monyet yang menjadi Gorilla, saya pikir saya telah mengembalikannya menjadi sekedar monyet atau bahkan semut yang tak terlihat, saya pikir orang di bulan desember itu telah menghapuskan dia. Pada akhirnya saya sadar, selama ini saya yang mencoba mengelabuhi diri bahwa dia menjadi semut.
   Karena melihat beberapa kabar jika dia telah menemukan yang lain setelah yang lainnya beberapa saat lalu. Entah itu kecewa, atau entah itu terluka, atau mungkin benci. Salah seorang teman pernah berkata, jika mencintai maka tidak ada alasan untuk membenci sekalipun mau. Rasanya seperti ingin menangis, tapi ada dua orang teman yang saat ini berada didepan saya. Hanya katakan jika dia ingin saya menunggu, maka saya akan menunggu, tinggalkan janji untuk saling menjaga perasaan, maka saya akan menjaga selama  yang dia mau.
   Saya tidak tahu apakah saya bodoh atau apa. Saya tidak tahu seberapa keras kepala saya untuk mengakui di depannya bahwa saya juga memiliki rasa yang sama seperti yang teman katakan pernah dia miliki beberapa tahun lalu. Pada akhirnya, saya menjadi ingin kembali ke moment itu dan menghabiskan jalan pulang dengan melihatnya. Saya ingin bertukar celaan bersamanya tapi saya ragu apakah masih bisa setelah banyak hal buruk yang membuat saya dan dia menjadi lebih tidak mengenal satu sama lain. Terkadang saya merasa bahwa kenangan yang pernah terjadi dulu adalah yang terbaik karena tidak pernah menjadikan dia dan saya sebagai 'kita', tapi adalah munafik jika saya berkata tidak memiliki sedikit rasa kecewa melihatnya bersama yang lain, lainnya, dan menjadi lebih banyak gadis lain yang memegang tangannya, memeluk bahunya dan bermesraan dengannya.
   Jika saya katakan saya baik saja melihat foto-foto itu, anggap saja saya terlalu munafik. Saya rasa saya tak perlu menunjukkan raut kekecewaan didepannya. Lalu gadis mana lagi? bahkan saya tidak memberikan tangan saya digenggam seperti dia menggenggam tangan banyak gadis. Saya menunggu? mungkin menunggu dia. Jika benar dia adalah Jodoh yang dipersiapkan Tuhan untuk saya, maka saya berharap dia akan tetap menjaga segalanya demi saya, saya melakukan hal yang sama.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perjalanan Menuju Stasiun

Sesekali Dalam Sehari

Suara Angin Lewat