Kacamata Amatiran : Prediksi, Perkenalan dan Perjanjian

Salam,
beberapa waktu lalu saya berjanji untuk menulis kembali menenai urusan hati, and this is it. Sebelumnya, saya akan memberitahu terlebih dahulu, yang kalian baca nanti bukan saran maupun tulisan seorang profesional. Tulisan ini hanya tulisan amatiran yang ingin berbagi pemikiran, mungkin juga perasaan (?).

Saat ini saya sedang ada di atas kereta api, perjalanan pulang dari Surabaya ke Bojonegoro. Saya teringat beberapa teman pernah menanyakan pendapat saya mengenai hubungan percintaannya. Ada yang bercerita mengenai pasangan yang menuntutnya untuk lebih dewasa ( tidak sering cemburu, marah, dsb), ada yang bercerita mengenai pasangannya yang terkesan posesif, ada yang bercerita mengenai pasangannya terlalu akrab (dekat bahkan genit) dengan perempuan/laki-laki lain, atau mengenai pasangannya yang berselingkuh, dan banyak lainnya. Sebelumnya memutuskan untuk menjalin hubungan, kita semua pasti sudah mengenal pasangan, bukan? dan tentu kalian sedikitnya paham mengenai sifat, kebiasaan, dan karakternya, sedikit saja. Lantas mengapa sekarang mengeluh? Memang benar, kalian tidak akan bisa mengenal keseluruhan dari pasangan, terlebih akan sangat berbeda ketika masih menjadi teman dan menjadi kekasih/suami/istri. Akan lebih banyak waktu yang kalian habiskan bersama, tentu akan lebih mengenal, dan tahu hal-hal baik ataupun buruk dari pasangan. Tapi yang ingin saya katakan, dari apa yang kalian ketahui soal calon-calon yang akan menjadi pasanganmu, lakukan analisis dan prediksi terlebih dahulu.

How? Saat menjadi temannya, doi terlihat sebagai anak yang supel, ramah, mudah bergaul, dan baik dan perhatian kepada siapa saja. Siapa yang tidak suka dengan perempuan/laki seperti itu? tapi pernahkah kalian bayangkan jika doi memiliki pasangan, bagaimana sabarnya pasangannya? melihat doi memberikan perhatian kepada perempuan/laki-laki lain, berbincang hangat dengan awan jenisnya lain, dan bayangkan kamu ada di posisi si pasangan doi. Well, jika kamu adalah tipe yang tidak bisa sabar/pencemburu/posesif, maka itu adalah salahmu untuk memutuskan bersama doi. Berbekal informasi yang kamu miliki, kamu sendiri yang membuat kesalahan terhadap dirimu, bukan begitu? Ini seperti pengedar narkoba yang tahu jika di Indonesia memberikan hukuman mati bagi pengedar narkoba, tapi masih masuk ke Indonesia untuk berjualan heroin. Saya rasa banyak pertanda yang disebarkan doi. Tukang selingkuh misalnya bisa diidentifikasi dari sering genit dengan lawan jenis lain, suka menebar perhatian ke lawan jenis lain, suka jelalatan, atau si posesif misalnya, biasanya tipe orang yang sering merasa insecure, tipe otoriter (mungkin), dan banyak lainnya. Bukan bermaksud untuk menghakimi orang tapi, pekalah terhadap pertanda. Maafkeun jika saya mulai 'sotoy', sekali lagi ini hanya pikiran saya sebagai amatiran, saya bukan Sherlock holmes. :p CMIIW. Kecuali jika, 1.) kalian menantang diri kalian sendiri untuk menghadapi doi, artinya kalian tidak boleh menyalahkan pasangan karena kalian sendirilah yang menantang diri kalian. 2.) sebelumnya kalian telah bersepakat atau membuat perjanjian dalam hubungan.

Kesepakatan seperti apa? perjanjian seperti apa? well, jika perasaan yang kalian miliki mengalahkan data yang kalian punya (informasi mengenai pasangan beserta kekurangannya), maka tidak ada salahnya untuk membuat kesepakatan dengan calon pasangan. Katakan padanya tentang diri kalian. Perkenalkan diri kalian menurut diri kalian sendiri. Mungkin keadaan kalian yang sering merasa insecure karena tumbuh dalam lingkungan yang memaksa kalian untuk terus curiga, sehingga menjadikan kalian sebagai pribadi yang posesif. Maka, katakanlah bahwa kalian tidak bisa melihat doi terlalu dekat dengan lawan jenis lainnya. Dan jangan egois, tanyakan pula keadaannya, apa yang dia tidak mau atau tidak inginkan dalam hubungan. Kunci dari semua ini adalah berbicara dengan cara terbaik yang kalian tahu. Tidak ada cara instan seperti menebar kode, karena menurut saya tidak semua orang paham kode yang kalian berikan. Jangan memaksa orang lain untuk paham setiap kode, percayalah tidak semua orang peka, maka 'ngalah' saja dan mulai berbicara. Jika kalian telah bersepakat untuk saling menerima, atau saling 'mau berbenah', maka mulailah. Jika tidak, ya akhiri saja? Pada intinya, berpasangan adalah untuk membuat kalian merasa lebih nyaman dan bahagia, jika itu menyiksa, maka tidak ada alasan untuk bersama.

Bagaimana jika terlanjur berada dalam hubungan dan tidak membuat kesepakatan dari awal? tidak masalah, selama kalian baik-baik saja, maka okelah lanjutkan, tapi jika itu membuat kalian terganggu, maka segera bicara untuk membuat kesepakatan itu. Kesepakatan tidak harus di awal, namun kembali jika kesepakatan tidak tercapai, maka akhiri saja. Kalian punya hak untuk bahagia.

Bagaimana jika kesepakatan tidak bisa tercapai tapi saling cinta? Kita memang tidak bisa memilih kepada siapa kita jatuh cinta, tapi jika cinta sudah mengalahkan data yang kalian miliki, kenapa cinta tidak bisa mengalahkan ego yang kalian miliki agar bisa bersama? tentu untuk saling menyadari kekuragan pasangan, dan menerimanya, atau saling berkeinginan untuk merubah. Jika kalian percaya cinta bisa memenangkan segalanya, maka menangkanlah itu bersama. Cinta butuh pengorbanan? maka saling berkorbanlah. Ingat, saya menggunakan kata 'bersama' dan 'saling', sehingga tidak ada yang berjuang sendirian ataupun satu pihak yang selalu mengalah, TIDAK ADA.

"Kita saling percaya, sehingga tidak perlu ada perjanjian atau kesepakatan. Itu cinta atau bisnis, pakai perjanjian segala?" Sebagaimana saya katakan, jika tidak terjadi masalah, tidak akan apa-apa, tapi jika di kemudian hari pasanganmu mengeluh mengenai sifat kalian yang pencemburu, atau kalian mengeluh mengenai pasangan yang genit, dan merasa 'makan hati' setiap hari, maka jangan salahkan siapa-siapa. Itulah tujuan adanya kesepakatan.

Anyway, pemikiran-pemikiran seperti di atas saya dapat dari banyak hal. Dari pengalaman sendiri,  kisah cinta teman, dan jawaban-jawaban Henry Manampiring di Ask.fm. So, it's not my original thoughts. Selamat menikmati. :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perjalanan Menuju Stasiun

Suara Angin Lewat

Kebebasan Semu dan Kesepian yang Nyata