Suara Angin Lewat

Sahabatku kala SD tiba-tiba mengajakku keluar Senin kemarin, tapi aku merasa sangat lelah dengan aktivitas seminggu lalu, kemudian kutawarkan hari Rabu sebagai pengganti. Kemarin, kami pergi ke PRJ akhirnya. Niat awalnya ingin makan saja, tetapi ternyata di sana begitu ramai. Ada ribuan orang tumpah-ruah di Grand City Mall. Kami membeli snack paket, lalu mengantre makanan. Aku hampir tidak bisa menceritakan apa saja yang ada di sana, karena terlalu banyak orang di sana, terlalu banyak suara, dan entahlah, aku tidak begitu menyukai itu semua. Kami berkeliling mencari tempat yang lebih sepi, membeli susu oat, lalu pulang.

Ketika pulang, aku mengajak sahabatku melewati jalan yang belum pernah kami lewati. Aku tidak tahu ke mana jalan itu mengarah dan terhubung. Sahabatku menawarkan untuk melihat Gmaps, tapi aku menolak. Sepertinya lama sekali aku tidak melewati jalan baru, jadi kupikir biarlah kami nyasar. Aku ingat mantanku pernah bertanya suatu hari ketika aku tersesat di jalan, "Baterai Hpmu penuh? bensinmu penuh? bawa uang tunai? Oke, nggak usah takut, perhatikan semua bangunan yang kamu temui. Ingat-ingat semua jalan yang kamu ambil, dan kalau merasa bingung, tanyalah kepada orang." Aku akhirnya sampai. Begitu juga malam kemarin. Kulihat bensinku masih penuh, baterai hpku juga masih penuh, aku punya teman di sisiku, dan tak ada alasan lain. Kami melewati jalan-jalan baru yang belum kami ketahui sebelumnya, dan sampai di kosnya yang lumayan jauh dari kosku.

Sepanjang jalan pulang aku mendengarkan suara mesin dari motor dan mobil lalu-lalang, bunyi gemeletuk kaca helmku yang salah satu murnya lepas, dan suara angin begitu aku mulai masuk ke jalan yang lebih sepi. suara siut ketika angin melewati celah-celah kaca helm dan mulai memikirkan sesuatu. Angin itu selalu melewati kaca helm ketika aku berkendara dan tentu saja menimbulkan bunyi, tapi mengapa bunyi itu sering tidak kudengar?

Ini karena ada banyak sekali suara-suara yang tertangkap di telinga, seperti klakson kendaraan lain, bunyi mesin dari ratusan kendaraan di sekeliling, suara wali kota berkhutbah saat lampu merah, dan banyak lainnya. Aku jadi memikirkan, apakah itu juga terjadi pada situasi lain dalam hubungan antar manusia? sering karena banyak orang di sekeliling, maka kita jadi lebih sulit menyadari kehadiran seseorang tertentu di hidup kita. Yang kusadari adalah bahwa daun telinga kita tidak bermasalah, tetapi apa yang ditangkap olehnya dan yang masuk terproses oleh otak berbeda. Ini yang menyebabkan kita menjadi aware dan tidak aware terhadap 'kehadiran' sesuatu di sekitar kita. Otak manusia memiliki keterbatasan, meskipun batasan pada masing-masing ini berbeda, tetapi tidak semua hal dapat terproses oleh otak manusia. Otak kita secara otomatis memilah sebagaimana penjaga pintu masuk pada kereta api. Mereka yang mampu masuk adalah yang memiliki tiket, sedang mereka yang tak memiliki tiket tak bisa masuk. Suara-suara yang familiar dalam memori otak kita, suara yang menarik karena lantang atau membunyikan sesuatu yang berbeda...mungkin akan terproses di otak yang menyebabkan kita pada akhirnya menoleh ke arah sumber suara tersebut. Tetapi, suara yang tidak pernah kita dengar sebelumnya, lirih, dan tidak menarik bagi kita itu tak kita sadari keberadaannya. Bukan karena daun telinga tidak mampu menangkap suara itu, tetapi karena ada terlalu banyak suara dan kita harus menyaring suara mana yang mau kita proses-rekamkan di otak. Begitu juga dengan keberadaan manusia bagi manusia lainnya.

Hari ini aku duduk sendiri di kursi kerjaku, menikmati secangkir kopi dan mendengar sayup-sayup suara temanku berbincang dari meja kerjanya, kurapatkan tangan pada daun telinga dan aku bisa mendengar lebih jelas bahwa ada suara dari angin yang bergerak melewati daun telingaku.

Apakah orang-orang yang hampir selalu ada di dalam keramaian pernah merasakan hal-hal yang demikian?

aku sering memperhatikan burung terbang bergerombol dari satu sisi ke sisi lain sebagai bentuk respon ketika otaknya memproses adanya bahaya di sekitar, entah itu dari perubahan suhu, gerak angin, atau suara dalam frekuensi lebih kecil yang tidak dapat didengar oleh manusia. Indera mereka sensitif terhadap beberapa hal, karena hanya itu yang bisa ditangkap. Manusia memiliki lebih banyak pilihan, dan terkadang itu yang justru membuat kita menjadi lebih tidak peka terhadap banyak hal.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perjalanan Menuju Stasiun

Kebebasan Semu dan Kesepian yang Nyata