Sesekali Dalam Sehari

 Ada hari-hari seperti ini: tiba-tiba merasa sangat kesepian dan butuh teman bicara. Perasaan terasing dan teralienasi, karena tak ada satupun yang bisa diajak bicara selain perihal pekerjaan di kantor. Hal seperti ini terjadi berulang kali, meski ada kalanya mereda.

When i drove my bike back home, i feel my eyes burned and i couldn't stop crying. I know exactly i need help, but i don't know where to go and i have no one. Not a single friend.

Staying alive is the hardest thing. Everyday i keep telling myself, there's some big responsibilities i'm holding on my hand and if i die, it's not only about me quitting my life, but would probably harm others. So, i continue to breath. But this darkness and loneliness consume me everyday, and i know that one day, sooner or later, i'll become ashes.

Menyedihkan rasanya memelihara 'rasa tidak enak merepotkan orang lain' sebagai alasan buat tetep bernafas hari ini. Setiap hari, setiap kali, ada rasa ingin pergi ke kasur dan tidur tanpa pernah bangun. Barang kali yang menyiksa jiwa adalah tubuh. Barang kali yang menghalangi pikiran-pikiran ini adalah tubuh.

Ada rasa seperti ini, "jika hari ini aku mati, entah karena sebab apa, aku tidak masalah." Atau jika bahkan hari ini adalah akhir dari dunia pun, aku tidak masalah. Kupikir, 30 tahun sudah cukup bagiku menikmati kesedihan, kebahagiaan, kekecewaan, kepuasan, keputusasaan, dan segalanya. Dan aku benar-benar rela jika besok aku tidak lagi bangun. Entah seperti apa after life, apakah ada atau tidak. Kupikir aku sudah lebih dari cukup. Ini sudah lewat 3 tahun dari yang kurencanakan. Meski begitu, aku tetap bersyukur pernah hidup dan atas kehidupanku. Barang kali ada nyawa lain yang mengantre di belakang sana untuk masuk, sementara ada orang-orang tua yang masih enggan pergi. Aku mau menjadi relawan untuk pergi duluan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perjalanan Menuju Stasiun

Suara Angin Lewat