Rumah Tanpa Pintu (?)

Salam,
Malam ini ingin menulis tentang sesuatu yang berbau perasaan. Belakang terlalu banyak menulis, tapi tak satupun mengandung nyawa, kupikir aku tak benar-benar menikmati tulisanku belakangan ini. :)

Diruangan tanpa jendela ini, alunan musik berpadu dengan suara blower dan kipas angin. Lampu kamarku masih menyala, aku tahu ini hampir tengah malam. Di kamar tak berjendela ini, cahaya bintang tak dapat masuk, tapi pikiran bergelora. Sejujurnya aku tak tahu apa yang sedang kutulis, hanya perasaan ingin menulis, supaya lega.

Aku penasaran, apakah rumah masih disebut rumah jika tak ada yang pulang? Lantas bagaimana jika pintu tak lagi mau membuka? atau jendela tak lagi mampu membawa masuk cahaya? Apakah bangunan itu masih bisa disebut rumah? atau hanya bangunan kosong tak berpenghuni? Apakah rumah adalah bangunan atau suasana yang tercipta?

Dan apakah ada rumah yang tak dapat membukakan pintu selain pada penghuni pertamanya? Sedang diluar ada penghuni yang mampu merawat dan membuatnya hidup kembali (?) setidaknya ada kumpulan bunga ditangannya. Tapi pintu tak juga terbuka meski dipaksa. Aku menjadi penasaran.

Lalu aku bertanya andaikan sebuah rumah tak berpintu dan berjendela. Bagaimana rumah bisa bertahan tanpa itu? memikirkannya sakit. Tapi lebih baik jika pintu memang tak pernah dibuat, sehingga angin tak dapat merusak, tak dapat masuk dan mengobrak-abrik bagian dalam. Tapi ada semacam ketakutan ketika hujan datang terus menerus, jika saja kemudian air meresap dan masuk, lalu tak dapat keluar dan menenggelamkan segalanya. Merusak apapun yang ada di dalamnya. Ketakutan jika saja rumah itu menjadi lupa suasana rumah sebenarnya. Terlalu lama kosong hingga tak ada tawa, tangis, gurau, jeritan...hanya senyap. Mengerikan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perjalanan Menuju Stasiun

Suara Angin Lewat

Sesekali Dalam Sehari