Adil-Adilan Soal Keadilan

"Seorang terdidik, haruslah sudah adil sejak dalam pikirannya."
Entah benar atau salah susunan kutipan di atas. Tetapi, kalian sudah tentu tahu siapa yang berkata demikian, bukan? Bukan aku, tentu saja.
Pram, dalam kutipan di atas, kuartikan sedang ingin berkata bahwa orang terdidik memiliki kesempatan untuk mengakses banyak hal, yang mendukungnya untuk berpikir adil. Boleh sejenak kita melihat dari sisi lain?
Ada kemungkinan besar, mereka yang tidak memperoleh kesempatan untuk belajar, tidak memperoleh kesempatan untuk mengakses "keadilan berpikir". Ketidakadilan informasi, perlakuan, akses akan sumberdaya itu mengarah pada ketidakadilan berpikir. Lalu, pantaskah kemudian kita menyalahkan ketidakadilan berpikir itu tanpa melihat ketidakadilan-ketidakadilan lain yang mereka terima dengan paksa?
Kita berdamai dengan pikiran karena kita berkeadilan dalam segala hal. Mereka?
Barangkali, kita sengaja memonopoli sumberdaya supaya kita berkuasa untuk menyalahkan mereka.
Ah, lupakan saja. Bukankah yang menuliskan ini hanya perempuan, yang dianggap mahluk irrasional? Mungkin, aku sedang baper (terbawa perasaan) karena aku terlalu sensi(tif). Sudah, mari kita tidak memikirkan ini. Pertarungan sumberdaya adalah hal maskulin, dan itu selalu keren adanya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perjalanan Menuju Stasiun

Suara Angin Lewat

Sesekali Dalam Sehari