Hukum Ruang dan Waktu

Hari itu akhir pekan, dia akan datang berkunjung setelah sekian lama. Seperti ingin melompat-lompat karena senang. Beberapa jam untuk ratusan kilometer, dan akhirnya dia mengabari lewat pesan singkat. Aku menunggu di tempat yang kami sepakati. Secangkir cokelat panas tidak pernah mengecewakan di sore yang gerimis. Beberapa menit menunggu, kupikirkan apa saja yang ingin kulakukan bersamanya malam minggu ini. Hanya makan dan bercengkrama di tempat ini, atau berbelanja setelahnya, atau juga bermain hockey dan basket di tempat permainan. Lantas menjadi sedikit lebih lama, aku mulai berpikir kenapa selama ini? Apa yang terjadi padanya?

Aku memutuskan kembali menunggu. Dalam jeda waktu yang cukup lama tersebut aku berpikir tentang hubungan kami ke depan. Suatu saat nanti, jarak kami mungkin akan memuai lebih panjang, bisa juga menciut, tapi kemungkinannya lebih kecil. Seperti dua galaksi yang jaraknya terus memuai. Dan di ruang hampa itu, tidak ada udara. Saat kami berjalan, bisa saja rongga dada menjadi sesak. Perasaan kami akan mati dalam perjalanan yang panjang itu.

Dalam rentang jarak tersebut, akan lebih banyak waktu yang dibutuhkan untuk berjalan dari sisi satu ke sisi lainnya. Pada saat yang sama, satu sisi akan lelah menunggu, dan sisi lainnya akan lelah dalam perjalanan, dan kami menjadi bosan terus merindu. Benarkah begitu?

Dia datang dengan sedikit basah. Aku bahkan belum sempat menjawab pertanyaanku sendiri, tapi melihatnya menyenangkan. Daripada sekedar menakuti masa depan, mungkin lebih baik menghidupi masa yang sedang terjadi. Dia memesan beberapa makanan karena lapar dalam perjalanan. Mungkin dia lelah, capek, tapi menurutku kami masih belum bosan. Kami masih bisa menunggu dengan perasaan senang membayangkan saat pertemuan. Kami juga berjalan melewati ruang dan waktu yang tak berarti untuk kami saat ini. Hanya seperti itu saat ini. Aku jadi ingin mempelajari Teori relativitas Einstein.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perjalanan Menuju Stasiun

Suara Angin Lewat

Kebebasan Semu dan Kesepian yang Nyata