Tulisan Menjelang Petang

Salam,
Selalu membutuhkan waktu yang lama untuk menulis lagi di blog ini, berbagi dengan pembaca (?). Beberapa waktu lalu teman saya berkata bahwa saya adalah tipe orang yang mudah sekali menjadi korban PHP bila menyangkut masalah hal yang dicintai, terlalu munafik. Sedikit menampar saya, tapi ada benarnya. Terlalu senang dan lupa untuk membicarakan hal yang sejujurnya penting. Bukan hanya dalam urusan percintaan yang sebenarnya, tapi juga kesenangan. Saya lengah di bagian itu.

Beberapa waktu lalu, saya memutuskan hal yang mungkin menjadi awal perubahan dalam hidup saya. Saya pikir akan seperti itu. Saya menjalani karena 'suka', jatuh cinta dalam hal tersebut. Saya menaruh kepercayaan bahwa semuanya akan berjalan seperti yang saya bayangkan di awal. Excited, super semangat..seperti yang biasa saya lakukan. Kemudian menjadi lelah, sedikit demi sedikit mempertanyakan apa saya melakukan yang saya cintai? saya merasa sedikit kehilangan perasaan senang saat menjalani. Ini seperti yang saya takutkan. Terlalu banyak yang tidak ingin saya lakukan dan harus saya lakukan, hingga  akhirnya dimantapkan pada satu ketidakjelasan.

"Saya tidak mau membicarakan itu, karena bukan ranah saya. Saya telah melakukan yang terbaik dan harusnya ada kesadaran pula di pihak lain." Selalu itu yang saya katakan, hingga saya tak pernah sekalipun mengungkit itu. Lama kemudian, timbul pertanyaan sebenarnya siapa saya disini? Sampai pada fase jenuh karena ketidakjelasan, fase lelah karena terus berkutat dengan hal yang dihindari, meskipun tidak secara keseluruhan. Fase dimana saya mulai kehilangan alasan kenapa saya harus tetap disini dan melakukan ini semua.

Saya rindu perasaan menggebu, perasaan senang, dan kelegaan jika satu telah terselesaikan. Saya tahu betul bahwa kadang kita harus hidup dalam dunia yang tidak kita inginkan dan melakukan hal yang jelas tidak kita inginkan, tapi harus ada yang pengganti yang seimbang, dan saya tidak merasa mendapatkannya. Ketika dulu, saya dengan sepenuh hati mendedikasikan waktu, karena memang tidak ada 'janji' yang diucap. Saya tidak akan mendapat apa dan saya tidak harus melakukan apa. Karena itu saya tidak pernah berharap, tapi kemudian ada janji dan keharusan saya untuk ini dan itu, bahkan melakukan yang saya telah ingin hindari. Sulit mengatakannya, dan pada akhirnya menemukan bahwa disini bukan tempat saya. Meskipun masih ragu, saya tahu bahwa yang saya lakukan bukan cinta. Ini bukan kecintaan saya.

Saya membaca lagi tulisan ini dari awal. Banyak hal yang ambigu jika tidak mengerti posisi saya saat ini. Tapi biarlah, saya memang tak ingin menuliskannya secara terang benderang disini. Kata kuncinya, cinta harus dipahami sebagai perasaan yang dirasakan, bukan dipahami secara terbatas hanya pada manusia ataupun benda. Seperti basket bagi saya, perasaan yang saya rasakan ketika bermain basket. Aliran darah yang cepat, keringat yang mengucur deras, permukaan bola yang kasar, saya sangat hafal itu semua. Seperti itu juga cinta. Silahkan mengartikan. :)

Terima kasih telah menyimak.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perjalanan Menuju Stasiun

Suara Angin Lewat

Kebebasan Semu dan Kesepian yang Nyata