Senja di ujung mata

Kesendirian mempunyai tangan-tangan sutra yang lembut,namun dengan jari-jarinya yang perkasa ia meremas jantung dan membuatnya menderita karena duka. Kesendirian adalah himpunan duka,cita. Kesendirian juga kumpulan puji-pujian rohani yang membumbung tinggi. (Kahlil gibran, 1988:35)

   Itu adalah beberapa kata dalam buku yang baru saja ku baca kembali. Aku menyukai ketenangan yang dibawanya, aku menyukai kebebasan yang dihadiahkannya padaku. Tapi lebih dari itu, aku membencinya untuk beberapa sebab. Bukan, kesendirianku adalah pilihan untuk menenangkan batin yang terus terusik dengan keramaian kota. Aku tak ingin benar-benar sendiri.
  Aku ingin mengenangmu sendiri. Rupa lusutku akan memalukan bersama yang lain. Aku ingin mengenangmu sendiri, karena kau tak ada untuk kubagi. Aku ingin mengenangmu sendiri, bersama ingatan dan benda-benda lusuh yang telah lama berada dalam lemariku. Karena kau tak datang menghibur, karena kau tak pernah datang, dan tidak pula memusnahkan benda-benda itu.
   Di dalam satu ruang kecil aku terus meringkuk sendiri, memegangi satu buku hitam penuh emosi. Ada beberapa genangan air yang akan tumpah, lalu kuhapus hingga aku lupa berapa kali menghapusnya. Hingga senja diujung barat terlukis jelas di mata. Paras terindah perempuan adalah senyuman. Itupun tak mampu menutupi sembab di mata. Jika merindumu adalah satu ujian, maka aku butuh seumur hidupku untuk berjuang. Kali ini aku menahan apa yang bisa kutahan. Kerinduan yang mendalam, yang tak pernah bisa kuibaratkan dengan kata-kata romantis kahlil gibran ataupun syair lagu anne murray. Kenangan yang terus bergejolak membakar bongkahan es di mata. Aku selalu membencinya, Kepura-puraan dan kekuatan palsu untuk terus memberikan senyum pada yang lain, berkata 'Aku baik' dan menangis histeris di dalam.
   Untukmu yang tak tahu kapan akan kembali kutemui. Untukmu yang kurindu tanpa satupun kata-kata yang cukup untuk pengibaratan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perjalanan Menuju Stasiun

Sesekali Dalam Sehari

Suara Angin Lewat