Lewat Tulisan
Pram bilang, menulis adalah
pekerjaan untuk keabadian. Jika umur hanya bertahan 60-70 tahun, atau bisa saja
lebih, bahkan kurang, maka menulis membuat orang hidup lebih lama. Hidup
dipikiran orang-orang selama puluhan tahun atau bahkan ratusan tahun lebih
lama. Itu mengapa pekerjaan menulis menarik antusias saya. Membaca karya tulis
juga membuat saya mengenal orang-orang dari berbagai zaman yang berbeda.
Seperti mendengar penulis bercerita tentang pikirannya, bahkan saya bisa
memilih orang mana yang ingin saya dengarkan dan yang sama sekali tidak saya
inginkan.
Beberapa waktu lalu, seseorang
bertanya di akun sosial media. Dia, yang tidak saya ketahui, bertanya tentang
kerennya penulis. Saya katakan, salah satunya adalah tentang penulis yang hebat
akan lebih hebat dari eksekutor, atau siapapun yang memegang senjata. Senjata
adalah salah satu sumber kekuatan dan kekuasaan. Dia bisa digunakan untuk
memaksa orang lain melakukan apa saja yang diinginkan pemegang senjata. Jika
tidak, maka pemegang senjata bisa menarik pelatuk dan menembak. Bang! Satu,
dua, tiga … sepuluh, dua puluh, tiga puluh nyawa melayang. Penulis memaksa
dengan lebih elegan. Saya tidak tahu apakah bisa disebut hegemoni. Kadang
dengan membaca buku, kita, tanpa sadar
atau dengan kesadaran yang penuh, mengikuti alur pikir seseorang, lalu
bertindak dengan dasar pemikiran yang kita baca itu.
Soe Hok Gie menulis buku tentang
pemikirannya. Banyak mahasiswa secara tidak langsung menjadikannya model
seorang mahasiswa yang ideal. Tidak sah rasanya jika mahasiswa, terlebih
aktivis pergerakan, belum membaca karya tulis Soe Hok Gie. Mereka kemudian
berdiskusi, menularkan ide-idenya, dan bertindak atas dasar ide tersebut.
Betapa kerennya Soe Hok Gie! tanpa pistol di tangan pun dia mampu memaksa
mahasiswa dan aktivis mengikuti ‘mau’nya. Sangat bersih, sangat pintar, sangat
elegan. Tanpa darah berceceran, tanpa kekerasan, tanpa kericuhan. Dalam diam
idenya terus masuk, berjalan-jalan di kepala pembaca, dan ‘menjangkiti’ mereka.
Ratusan atau bahkan ribuan … mungkin saja jutaan. Pimpinan pasukan pun mungkin
saja tak bisa memerintah orang dengan jumlah sebanyak itu. Mungkin.
Soe Hok Gie adalah contoh kecil
orang-orang yang sukses menularkan pikirannya lewat tulisan. Di luar sana,
masih banyak yang lebih hebat memberikan pengaruh dari Soe Hok Gie. Poin yang ingin saya katakan adalah, bahwa,
jangan menyepelekan kekuatan tulisan. Jangan menyepelekan tinta dari bolpoin,
mesin ketik, dan kompter … karena dari sanalah semua tulisan berawal. Ide yang
baik akan menjadi tulisan yang baik dan bacaan yang baik. Mendatangkan amalan
bagi penulis, begitu sebaliknya. Kekuatan yang besar itu diikuti tanggung jawab
yang besar, maka penulis bertanggung jawab penuh dengan apa yang dia tulis, dan
efek yang ditimbulkan dari tulisannya.
"Berpikirlah sebagai tanda kamu ada,
lalu menulislah sebagai bukti keberadaanmu."
Komentar
Posting Komentar