One More Time One More Chance
Ada yang menyusup masuk dari celah semut yang tak nampak
menggeliat dan melipat ganda menjadi banyak
kemudian memberontak benteng kendali
seperti rakyat yang bergerak meruntuhkan rezim
Video setahun lalu yg direkam dengan HP Redmi Note 10 buluk, dengan suara berat akibat hawa dingin, menjelaskan 4 macam makanan dari orang-orang yg membagikannya gratis di plataran An-Nabawi. Kukirim di sela Magrib menuju Isya pada waktu tengah malam di jam Indonesia. Hari ini kuputar kembali secara tak sengaja dan mataku berkaca, lalu basah. "Ya Allah, jika tahun lalu kuminta petunjuk, maka hari ini bolehkah kuminta 'dia saja'? Tolong, jangan yang lain."
Bolehkah kuminta keajaiban agar terjadi: yang semula rusak jadi membaik, yang semula hilang akan kembali, yang semula remuk akan menyatu dan utuh? Aku ingin sekali menjadi egois untuk memintanya kembali, karena berulang kali kucoba lupa, kenangan itu menemukan jalan kembali dan menguasai. Berulang kali kucoba rela, tapi di dalam diriku merengek meminta dia kembali, dan pada akhirnya, yang kukira sudah rela dan lupa, tetap saja.
Apakah itu rasa bersalah telah melewatkannya atau rasa penasaran bahwa kami belum memulai hal-hal berarti atau rasa sayang yang tak disadari sebelumnya?
Yang ditekan kuat-kuat itu, seperti kata Freud, muncul ke permukaan dalam wujud yang teramat jelek. Seperti hari ini, ia muncul dengan wujud sesak dada dan tangis yang tak terbendung di depan layar komputer saat bekerja. Aku tak punya apa-apa: nomornya, akun sosial medianya, teman yang mengenalnya, atau apapun. Kemungkinan untuk kami bertemu secara tak sengaja hampir nihil, sama halnya dengan kemungkinan ia akan kembali kepadaku. Untuk itu kukatakan 'keajaiban', sama seperti ketika Takaki meminta Akari kembali dengan jarak yang membentang jauh dan teknologi komunikasi yang terbatas. "If miracle was to happen, I want to show it to you right now. A new morning, myself
and the "I love you" which I couldn't say...If my wish is to be granted, please bring me to you right now."
There's too many "if i...", but not any of these lead me to you. But if it was about to happen, i promise myself, i would never let that one chance slide anymore. I would do the best i could. I would love him better.
Komentar
Posting Komentar