Tidak Ada Jawaban
Malam itu Bana mengantarkan Laras ke stasiun Pasar Senen. Mereka masih punya satu jam sebelum kereta Laras berangkat pukul 23.15 nanti. Lalu, duduklah mereka memesan mie ayam dan baso di depan stasiun. Mereka menyantap mie yang dihidangkan. Laras tak berselera, karena mie yang dihidangkan tak direbus hingga matang. Hal itu terlihat dari mie yang masih berwarna kekuningan dan sedikit kaku. Bana yang lapar hanya menyantap, tidak peduli apakah rasanya enak atau tidak. Ini perkara lapar, yang konon membuat apapun yang dimakan, akan terasa nikmat. “Apa kamu harus pergi sekarang?” Tiba-tiba saja Bana menanyakan hal itu kembali. Pembicaraan ini sudah lebih dari yang ke-sepuluh kalinya, dan tentu saja Laras akan memberikan jawaban yang sama. Tetapi kali ini lain, Laras hanya melihat saja. “Kamu akan kembali minggu depan, kan?” secepatnya Bana memperbaiki pertanyaannya. “Ban?” “Ya?” “Kita sudah bicarakan hal ini ratusan kali.” Laras menatap mata sahabatnya dalam. “Aku butuh libu...