Seperti Palomar melihat Gelombang Kapiler dan Tsunami
Melarung rindu ke laut sebagaimana raga disucikan dalam bentuk abu yang akan larut. Tapi, barangkali rindu tak sama.Rindu serupa jiwa, bukan raga, yang tak tersentuh panasnya api atau dinginnya musim. Ia serupa jiwa yang bersemayam pada tubuh-tubuh manusia, sesekali bangkit dalam wujud melankolia. Barangkali dalam bentuk gelombang, seperti ombak. Kadang-kadang capillary, kadang-kadang tsunami. Kita, sebagaimana yang sudah-sudah, banyak belajar dari kesalahan. Kita belajar mencintai, setelah kehilangan. Kita belajar makna hadir, justru ketika rindu. Kita belajar banyak dari semua hal yang absen di hidup, sehingga ketika hadir dapat dimaknai lebih baik. Apakah manusia benar-benar memiliki jatah 3 kali untuk jatuh cinta seumur hidupnya? Jika betul demikian, apakah proses selanjutnya yang terjadi hanyalah proses melanjutkan hidup? Apa makna mencintai sebetulnya? Dan apa guna hidup yang hanya dilanjutkan karena belum waktunya mati? Kita matian-matian belajar menafsirkan segala yang ter...