Serigala Yang Melolong Saat Bulan Purnama
Itu adalah malam bulan purnama, ketika aku pertama kali bertemu dengan manusia serigala itu. Dia nampak seperti laki-laki pada umumnya, hanya berambut panjang, sebahu, dan bermata tajam. Tapi mata tajam itu nampak seperti mata orang-orang kesepian, yang membuatnya melolong tiap kali bulan mencapai kenampakan yang sempurna. Aku terus memperhatikan keanehan demi keanehan itu. Kami, aku dan laki-laki berkaus merah itu, berkenalan. Dia menawariku dua buah buku bagus, dan meminta nomorku sebagai gantinya. Ya Tuhan, rupanya dia bisa tersenyum. Di dalam hati, aku merasa geli sendiri memperhatikan gerak-gerik laki-laki itu. "Ada nomor yang bisa kuhubungi? Akan kukirimkan buku-buku ini," ucapnya menawarkan. Aku? Kenapa pula harus kuberikan nomorku pada laki-laki yang baru kutemui sekali itu? Aku hanya melihatnya. Seperti teguh tak akan memberikan nomorku padanya, tapi sepersekian detik kemudian, aku seperti tersihir. Teguh itu berubah menjadi ragu, yang kemudian membuatku, denga...